Allah swt bukanlah dzat yang dihalangin, dan pastinya yang dihalangin itu kita dari melihat ke Allah. Sebab kalau ada satu perkara yang menghalangi Allah, pasti perkara itu menutupin Allah. Sedangkan kalau ada yang menutupin Allah, maka bukti wujudnya Allah ada yang membatasi. Sedangkan yang membatasi suatu perkara, maka itu yang perkasa dalam perkara tersebut. Allah itu yang qoohirun faoqo ‘ibaadihii, artinya yang perkasa diatas ‘abdinya.
Penjelasan : mustahil ada perkara yang menghalangi Allah. Maksudnya tidak ada satu perkara yang menghalangi Allah, sebab bagaimana terhalangnya Dia (Allah), yang membuatnya/menciptakan, yang memperlihatkan, yang memperdengarkan serta aqrobu minhabli alwariidi. Maka adanya penghalang itu tetap ke diri kita, belum bisa melihat dzat Allah, yaitu terhalang oleh macam-macam warnanya keindahan ‘alam yang ada di dalam hati.
Dan terhalangnya ‘abdi, tidak bisa melihat ke Allah, itu wajib dari jihat dzat nya, sebab ‘abdi nya Allah seolah-olah tidak ada apabila dibandingkan dengan wujudnya Allah, tegasnya laa maujuuda illallaah. Maka tidak ada perbandingan antara ‘adam dengan wujud.
Apabila Allah menghendaki, maka akan menghilangkan hijab bagi orang yang dikehendaki oleh Allah swt dengan sekehendak-Nya. Maka orang itu akan melihat dzat yang mukhoolafatul lilhawaaditsi.
Kalau Allah menghendaki, tidak ada satu perkara pun yang dapat menghalangi. Oleh karena itu kita harus yakin terhadap hal tersebut dan senantiasa melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (Hikmah ketiga puluh tiga)