Apabila kita melihat seorang ‘abdinya Allah yang tekun wiridan dan langgeng (dalam waktu yang lama). Maka kita jangan menghina terhadap perkara yang diberikan oleh Allah kepada ‘abdi itu. Sebab kita belum melihat cirinya ahli ma’rifat dan keagungannya orang yang cinta kepada Allah. Kalau tidak ada keistimewaan, pasti tidak akan wiridan
Penjelasan : Disini akan dijelaskan adab-adabannya muriidiin terhadap Allah dan kaum muslimin.
Jangan menghina terhadap perkara yang sudah diberikan oleh Allah kepada kaum muslimin, sebab Allah akan memberikan terhadap orang yang dikehendaki-Nya, dan yang pantas diberi oleh Allah. Kita juga jangan menghina pemberiann-Nya, misalnya ada perkataan “kenapa dia dikasih padahal orangnya seperti itu, atau kenapa orang itu diberi sedangkan saya tidak. Tetapi kita harus sopan santun dan pasrah terhadap segala ketentuan Allah.
Apa yang sudah terjadi harus ditekadkan memang begitu bagusnya. Apabila kita melihat ‘abdi Allah yang rajin wiridan, seperti memperbanyak shalat dan puasa, atau dzikir, membaca al quran, serta hal tersebut berlangsung dalam waktu yang lama. Kemudian terlihat oleh kita bahwa orang tersebut belum dibukakan dalam ‘ilmu rasa dan ‘amal hati yang jadi ciri ma’rifat, maka kita jangan menghina orang tersebut, dan terhadap perkara yang diberikan oleh Allah, dikarenakan kita belum melihat cirinya ahli ma’rifat. Yaitu dari ketenteraman jiwa, istirahatnya jiwa raga dan hati.
Sebab kalau orang itu tidak diberi keistimewaan oleh Allah didalam hatinya, maka tidak akan mau wiridan. Jadi dengan rajinnya wiridan berarti sudah diberi keistimewaan oleh Allah, maka jangan dihina Sedangkan bagi orang ahli wiridan, harus banyak mengoreksi terhadap ‘ilmu (dirinya) untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keenam puluh tujuh)