Allah menjadikan rupa-rupa tingkah tho’at adalah supaya tidak bosan, dan Allah mengekang atau menekan tho’at dalam tiap waktu supaya tidak ribut mengerjakannya.
Nah dua hal diatas merupakan dua kenikmatan yang sangat besar yang diberikan oleh Allah kepada ‘abdi-Nya. Sebab bosan dan rakus adalah dua fitnah yang besar yang bisa memutus hubungan antara ‘abdi dan Allah swt.
Dengan adanya bosan sering timbul benci yang mengakibatkan membelokkan orang beramal, biasanya timbul dari masyaqatnya (kesulitannya), hal ini sangat berbahaya. Begitu juga apabila ribut sudah beribadah (maksudnya ‘ujub sudah bisa beramal), ini juga sering mendatangkan kekurangan dan gegabah dalam melaksanakannya.
Oleh karena itu Allah membuat rupa-rupa tho’at, serta tho’at juga di waktu-waktu. Sehingga shalat fardhu dilarang dilakukan apabila bukan waktunya, begitu juga shalat sunah dilarang dilakukan pada waktu yang makruh, yaitu supaya cita-cita atau ibadah kita terarah dalam melaksanakan ibadahnya (shalat). Shalat nya sambil menjaga syarat, rukun dan menjaga hati, maksudnya menghadirkan hati bersama Allah pada waktu shalat, bukan mengadakan shalat. Sebab tidak tiap-tiap orang yang shalat itu melaksanakan. Tegasnya shalat fardhu itu hanya 5 waktu dalam sehari semalam, atau puasa ramadhan hanya satu bulan dalam setahun. Hal ini supaya kita tenang dalam melaksanakannya serta khusyu dan tidak membuat bosan.
Dan dalam shalat itu ada 2 tingkah :
- Iqaamatussholat, menjaga patokannya disertai dengan adab-adabannya.
- Mengadakan shalat, maksudnya mengadakan tingkah shalat yang sekedarnya seperti yang sedang shalat.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus lima belas)