Tidak termasuk urusan agung menurut ahli tahqiq apabila bisa berdoa kepada Allah. Tetapi yang dipandang agung itu adalah Allah memberi rizki kepada kita untuk bisa beradab sebagus-bagusnya kepada Allah
Tingkah berdoa itu ada dua, yaitu :
- Minta kepada Allah semata-mata ingin diberi.
- Berdoa kepada Allah dibarengi dengan niat untuk beribadah kepada Allah, dengan memintanya dan untuk melaksanakan perintah-Nya, dan memperlihatkan kejujuran diri dalam menghadap Allah.
Orang yang berdoa kepada Allah sambil tidak butuh terhadap yang lainnya dengan tujuan ingin diberi, oleh ahli ma’rifatul al muhaqqiqin tidak dipandang urusan yang agung dan dibanggakan, sebab meminta ke Allah demi membela hawa nafsu.
Sedangkan urusan agung yang dibanggakan oleh ahli ma’rifat adalah bisa berdoa kepada Allah karena semata-mata beribadah kepada Allah, dan karena diperintah oleh Allah dan memperlihatkan hinanya diri sehingga meminta kepada Allah.
Dan kenapa berdoa itu untuk beribadah, karena sesuai dengan sabda Rasul “addu’aa u huwal’ibaadatu. Dan berdoa karena melaksanakan perintah Allah, ud’uunii astajib lakum.
Jadi permintaan yang kedua (poin 2) terbilang mulya dan luar biasa, sedangkan permintaan yang pertama (nomer 1) yang semata-mata ingin diberi oleh Allah merupakan permintaan yang biasa gholib nya manusia, terdorong oleh kebutuhan dan keinginan.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus dua puluh lima)