Menurut sebagian ahli ma’rifat, perbuatan aniaya itu ada 3 macam, yaitu:
- Penganiayaan yang akan diampuni Allah apabila Dia menghendaki.
- Penganiayaan yang tidak akan diampuni Allah.
- Penganiayaan yang akan dibayarkan oleh Allah
Penganiayaan yang diampuni Allah adalah penganiayaan yang terjadi antara manusia dengan Allah, seperti meninggalkan shalat, puasa, zakat dan haji dan mengerjakan hal-hal yang haram.
Penganiayaan yang tidak akan diampuni Allah adalah syirik. Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nisaa ayat 48, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni dosa selain itu bagi orang yang dikehendaki-Nya.”
Dalam ayat tersebut terdapat petunjuk bahwa pemilik dosa besar apabila meninggal dengan tanpa bertaubat, maka dia dalam kekhawatiran kehendak Allah. jika Allah menghendaki, Dia akan mengampuninya serta memasukkannya ke surga berkat kemurahan-Nya. Tetapi jika Allah menghendaki, Dia akan menyiksanya di neraka, lalu kemudian memsaukkannya ke surga berkat rahmat dan kebaikan-Nya. Karena Allah telah menjanjikan ampunan bagi dosa selain syirik. Kalau syirik itu akan abadi d neraka.
Penganiayaan yang akan diadakan pembayaran oleh Allah. jadi penganiayaan di antara hamba dengan sesamanya, seperti menggunjing, adu domba, membuat issu (gosip), membunuh jiwa tanpa hak, makan harta haram, memukul, mencaci maki dan hak-hak hamba yang lain.
Oleh karena itu, hindarkanlah diri kita dari berbuat aniaya, mengingat bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan aniaya tersebut.
Janganlah berjalan di depan pintu para sultan (penguasa), karena hal itu bila tanpa ada keperluan yang sifatnya darurat merupakan sebuah kedzaliman dan tindakan durhaka. Karena berjalan kesana adalah merendahkan diri dan memuliakan mereka. Sedangkan Allah telah memerintahkan supaya berpaling dari mereka.
Allah berfirman, “Maka berpalinglah engkau dari orang yang berpaling dari peringatan Kami dan tidak menginginkan kecuali kehidupan dunia saja.”
Berjalan kesana berarti memperbanyak golongan mereka dan membantu mereka dalam perbuatan dzalimnya. Jika kesana perlu mendapatkan harta mereka, maka berjalannya haram.
Nabi Muhammad bersabda, “Barangsiapa yang merendahkan diri kepada orang kaya karena kekayaannya hilanglah dua pertiga agamanya.”
Ini adalah mengenai orang kaya yang shalih, lalu bagaimana pula dengan orang kaya yang dzalim. Nabi Muhammad berkata demikian karena seseorang ini terdiri dari hati, lidah dan tubuhnya. Ketika dia merendahkan diri kepada orang kaya dengan tubuh dan lidahnya hilanglah dua pertiga agamanya. Tetapi kalau menyakini keutamaan orang kaya itu dengan hatinya juga seperti telah merendahkan diri dengan tubuh dan lidahnya hilanglah seluruh agamanya.
Sumber: Durrotun Nasihin