Kisah anak yang durhaka kepada ibunya

Dalam agama islam, seorang anak sangat dianjurkan untuk berbuat baik kepada orang tuanya, (terutama ibu), karena banyak sekali dalil yang menerangkan hal tersebut.

Bahkan ada kisah hikmah mengenai seorang anak yang berbuat durhaka kepada ibunya. Dan hal tersebut akan diterangkan di bawah ini.

Wahab bin Munabbin telah berkata, “Allah pernah memberi wahyu kepada Nabi Musa a.s, ‘Wahai Musa, hormatilah kedua orang tuamu, karena sesungguhnya orang yang menghormati kedua orang tuanya akan Aku panjangkan umurnya, dan Aku akan memberikan anak yang berbakti kepadanya. Dan barang siapa yang durhaka kepada kedua orang tuanya, maka akan Aku pendekkan umurnya dan Aku beri anak yang durhaka kepadanya’.”

Abu Bakar bin Maryam telah berkata, “Aku membaca kitab Taurat, bahwa barang siapa yang memukul ayahnya, maka akan dihukum bunuh.”

Wahab juga berkata, “Tercantum di dalam kitab Taurat, bahwa barang siapa yang memukul kedua orang tuanya maka akan dihukum rajam.”

Diceritakan dari sahabat Anas r.a. tentang sahabat Al Qomah berkata bahwa ia adalah salah seorang sahabat yang giat dalam ibadah salat, puasa, dan banyak shadaqah. Akhirnya, pada suatu hari ia jatuh sakit yang akhirnya bertambah parah, lalu istrinya menyuruh seseorang untuk memanggil Rasulullah saw, menyatakan bahwa suaminya sakit keras dan dalam keadaan naza’ sakaratul maut, dan ia ingin menerangkan kepadanya tentang keadaannya.

Lalu Rasulullah saw mengutus Ammar, Bilal dan Shuhaib, lalu berkata, “Berjalanlah terus dan ajarilah membaca syahadat.” Lalu mereka datang ke rumah Al Qamah dan ketika telah sampai di rumah Al Qamah mereka langsung masuk kepada Al Qamah dan menuntunnya membaca, “Laa ilaaha illallaah,” tapi kali ini lidahnya tidak dapat mengucapkannya.

Lalu mereka mengutus seseorang untuk memberitahukan kepada Rasulullah saw, lalu Rasulullah saw bersabda, “Apakah ia masih mempunyai dua orang tua yang masih hidup?” Lalu dijawab, “Wahai Rasulullah ia mempunyai seorang ibu yang sudah berusia lanjut.”

Lalu Rasulullah saw mengutus seseorang untuk menemui ibu Al Qamah seraya berkata kepadanya, “Jika kamu mampu berjalan kepada Rasulullah, maka silakan bersama kami untuk pergi kesana, tetapi jika kamu tidak mampu, maka tetaplah tinggal di rumah dan nanti Rasulullah saw yang akan datang padamu.”

Lalu utusan itu datang kepada ibu Al Qomah dan menyampaikan salam yang telah dipesankan beliau. Maka jawabnya, “Jiwaku sanggup mati untuk membelanya, aku lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah saw,”

Kemudian berdiri dan berjalan bersandarkan pada sebuah tongkat, lalu masuk ke rumah Rasulullah saw seraya mengucapkan salam, Rasulullah menjawabnya seraya berkata, “Wahai Ummu Al Qomah, berkatalah dengan jujur kepadaku, jika kamu berkata bohong maka akan datang wahyu dari Allah yang memberitahukan kebohonganmu., bagaimanakah keadaan Al Qomah?”

Ibu Al Qomah menjawab, “Ia sering mengerjakan shalat,  berpuasa dan bersedekah.” Lalu Rasulullah saw bertanya lagi, “Bagaimana sikapmu kepadanya.” Jawabnya, “
Sesungguhnya aku benci kepadanya, wahai Rasulullah.”

Rasul bertanya lagi, “Mengapa kamu benci kepadanya?” jawabnya, “Anakku lebih mendahulukan kepentingan istrinya dan durhaka kepadaku.”

Maka Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya kebencianmu telah mengendalikan lidah Al Qomah sehingga tidak dapat mengucapkan dua kalimat syahadat.”

Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Wahai Bilal, sekarang pergilah dan carilah kayu bakar dan kumpulkan menjadi unggukan yang besar.”

Ibu Al Qomah bertanya, “Apa yang akan kamu lakukan untuk mengumpulkan kayu bakar itu, wahai Rasulullah.”

Rasulullah saw menjawab, “Aku akan membakarnya di dalam api.” Lalu ibu Al Qomah berkata, “Wahai Rasulullah, ia adalah anakku, hatiku tidak tahan jika kamu membakarnya dengan api di hadapanku.”

Lalu Rasulullah saw bersabda, “Wahai ibu Al Qomah, siksaan Allah lebih dari itu dan lebih panjang waktunya. Jika kamu menginginkan anakmu diampuni oleh Allah maka kamu harus ridha kepadanya. Demi Tuhanku yang berada dalam kekuasaan-Nya, tidak bermanfaat semua salat, puasa dan shadaqah yang telah dikerjakan oleh anakmu selama engkau membencinya.”

Lalu ibu Al Qomah berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menyaksikan kepada Allah yang Maha Tinggi, para malaikat-Nya, dan semua kaum muslimin yang hadir disini, sesungguhnya aku telah ridha kepadanya.”

Maka Rasulullah saw berkata kepada Bilal, :Wahai Bilal, sekarang pergilah kepada Al Qomah, dan lihatlah apakah ia sudah dapat mengucapkan “Laa ilaaha illallaah” atau kah masih belum, barang kali ibu Al Qomah ini hanya berkata di mulutnya saja, tidak dari lubuk hatinya, lantaran malu kepadaku.”

Kemudian Bilal berangkat ke rumah Al Qomah, lalu mendengar Al Qomah dapat mengucapkan “Laa ilaaha illallaah” dari dalam rumah, lalu Bilal masuk dna berkata, “Wahai orang-orang yang berada di dalam rumah ini, sesungguhnya kebencian ibu Al Qomah kepada anaknya membuatnya tidak dapat mengucapkan dua kalimat syahadat. Sesungguhnya keridhaannya membuat si anak dapat membacanya.”

Kemudian Al Qomah meninggal dunia pada hari itu. Lalu Nabi saw juga mengikuti jenazahnya, beliau memerintahkan agar mayatnya dimandikan, lalu dibungkus dengan kain kafan, lalu dishalati dan hadir juga di waktu pemakamannya.

Setelah itu Rasulullah saw berdiri di pinggir kuburannya seraya berkata, “Wahai orang-orang Muhajirin dan Anshar, barang siapa yang mendahulukan istrinya lalu mengakhirkan ibunya, maka akan mendapat laknat dari Allah, malaikat dan seluruh manusia. Allah tidak akan menerima orang yang membelanya untuk menolak siksaan-Nya kecuali jika ia telah bertaubat dan mencari ridha-Nya, berbuat baik kepadanya. Karena keridhaan Allah itu berada di keridhaan ibu, dan kebencian Allah itu tergantung pada kebencian orang tua.”

Scroll to Top