Laki-laki diciptakan oleh Allah dalam struktur tubuh yang berlainan dengan kaum wanita, tubuhnya relatif lebih kuat, langkahnya lebih lebar, sampai dalam Al Qur’an dikatakan : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan laki-laki atas kaum wanita.” (QS. 4:34)
Demikian tingginya derajat lelaki sampai-sampai nilai persaksian seorang lelaki sebanding dengan persaksian dua orang perempuan. (lihat QS. 2:282)
Kenapa Allah sampai memberikan kemuliaan yang begitu tinggi kepada kaum lelaki ? Lalu kenapa Allah menciptakan struktur tubuh lelaki lebih kuat dari wanita ?
Tidak lain karena beratnya tugas dan tanggung jawab yang diemban dan dipikulkan Allah kepada kaum lelaki. Apabila anak-anak di rumah kelaparan, maka dosanya tertumpu pada suami (laki-laki), karena dialah yang wajib mencari nafkah. Apabila isteri tidak baik agamanya, maka suami mesti bertanggung jawab atas kedurhakaan isterinya itu, karena dialah pemimpinnya. Apabila agama Allah terlantar, diinjak-injak orang, hukumnya tidak dilaksanakan, maka dosanya pun tertumpu pada pundak kaum lelaki, karena laki-laki lah yang ditekankan pergi ke medan jihad membela islam dengan seluruh kemampuannya.
Perhatikan ayat Allah ini : “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah, dan membela orang-orang yang lemah, yaitu laki-laki yang lemah, wanita dan anak-anak. Yang kesemuanya berdo’a kepada Allah, Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negara yang zalim penduduknya ini, dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu”(QS. 4:75)
Yang dimaksud negara yang zalim penduduknya adalah negara yang tak mau berlandaskan hukum Allah, karena dalam ayat lain Allah mengatakan : “Barang siapa yang tidak menghukum dengan hukum Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.”
Jadi jelaslah kini, bahwa semua kelebihan yang Allah berikan kepada kaum lelaki itu bukannya untuk menindas kaum yang lebih lemah (wanita). Tetapi untuk mengemban tugas yang tidak sanggup dipikul kaum wanita (atau minimal wanita akan lebih payah jika melaksanakan tugas tersebut).
Dirangkum oleh Ustadz M. Aas Satibi (pondok pesantren Pulosari Leuwigoong Kab. Garut) dari berbagai macam kitab fikih