Menurut Syeikh Ahnaf bin Qayas rahimahullah, ketika beliau ditanya tentang perkara terbaik yang diberikan kepada manusia, maka beliau menjawab bahwa perkara terbaik yang diberikan kepada manusia adalah akal, gharizi (watak).
Rasulullah saw bersabda: Tidak berusaha seseorang terhadap yang seperti akal, yang menunjukkan kepada yang punyanya terhadap petunjuk atau menolak akal itu terhadap prang tersebut dari kehinaan.
Syeikh Ahnaf ditanya kembali, apabila tidak ditemukan akal. Maka Syeikh Ahnaf menjawab, “Yaitu adab yang shalih”.
Apabila adab itu juga tidak ada (tidak ditemukan), maka memiliki teman atau sahabat yang diberi taufiq.
Rasulullah saw bersabda: Pokoknya akal setelah iman adalah mencintai orang-orang, serta tidak merasa kaya seorang lelaki dari musyawarah. Sertasebenar-benarnya ahli kebaikan di dunia adalah ahli kebaikan di akhirat. Dan ahli munkar di alam dunia adalah ahli munkar di akhirat. HR Imam Baihaqi
Apabila teman yang mendapatkan taufiq juga tidak ada, maka memiliki hati yang tahan uji, artinya yang sabar terhadap perlakuan buruk dari makhluk.
Rasulullah saw bersabda: Apabila terbukti seorang mukmin ada di atas sebatang bambu di tengah laut, maka tentu Allah mendatangkan kepada orang mukmin itu orang yang menyusahkannya. HR Ibnu abi Syaibah
Kemudian apabila tidak sabar atau hatinya tidak kuat, maka menurut Syeikh Ahnaf yaitu berdiam diri yang lama.
Rasulullah saw bersabda: Tidak sampai seorang ‘abdi kepada hakikatnya iman, sehingga dia menjaga lisannya. HR Imam Thabrani
Nabi Muhammad saw bersabda: Allah memberi rahmat kepada orang yang menjaga lidahnya, dan tahu orang itu terhadap zamannya (waktunya), dan ajeg/benar perjalanannya orang tersebut. HR Imam Abu Nu’aim
Apabila tidak kuasa atau tidak mampu berdiam diri (shamtu), serta tidak ditemukan dari seseorang lima perkara yang diatas. Maka menurut Syeikh Ahnaf kematian yang ada, artinya matinya itu lebih bagus daripada hidupnya.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar