Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan istiqamah ialah memenuhi perjanjian ketika di alam arwah. Dan dikatakan istiqamah itu beristiqamah pada lahir maupun batin.
Istiqamah orang-orang awam pada lahir adalah mengikuti semua perintah dan menjauhi larangan, dan pada batinn adalah iman dan membenarkan. Sedangkan istiqamah orang-orang khawash dalam lahir adalah mengasingkan diri dari duniawi dan meninggalkan kemewahan dan kesenangannya, dan dalam batin adalah memisahkan diri dari kenikmatan-kenikmatan surga karena hanya merindukan pertemuan dengan Allah.
Abu Bakar pernah ditanya mengenai istiqamah, kemudian dia menjawab, “Yaitu hendaknya engkau tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah.”
Menurut Umar, “Istiqamah adalah hendaknya engkau tetap lurus dalam mematuhi perintah dan menjauhi larangan serta tidak menyimpang seperti penyimpangan musang.”
Sedangkan menurut Utsman bahwa istiqamah ialah ikhlas.
Ada juga yang mengatakan bahwa istiqamah itu ada 3 macam, yaitu”
- Istiqamah pada lisan. Yaitu mengabdikan ucapan kalimah syahadat.
- Istiqamah pada hati, ialah mengabdikan kebenaran kehendak dalam ibadah.
- Istiqamah pada tubuh, mengabadikan ibadah dan segala bentuk taat.
Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa istiqamah itu dengan 4 hal, yaitu:
- Taat dalam mengimbangi perintah.
- Memelihara diri dalam mengimbangi larangan.
- Bersyukur dalam mengimbangi kenikmatan.
- Sabar dalam mengimbangi surga.
Kemudian kesempurnaan empat hal diatas adalah harus dengan 4 hal yang lain. kesempurnaan taat adalah dengan ikhlas, kesempurnaan mmelihara diri adalah dengan bertaubat, kesempurnaan bersyukur adalah dengan mengenal kelemahan diri dan kesempurnaan sabar adalah dengan mengosongkan hati dari makhluk.
Sumber: Durrotun Nasihin