Surga merupakan dambaan setiap orang, baik itu umat islam maupun orang kafir. Tetapi bagi umat islam, mereka mempercayai bahwa untuk mendapatkan surga harus beribadah kepada Allah dan tidak berbuat durhaka kepada-Nya.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya Allah setelah menciptakan surga Aden, Dia memanggil Jibril dan berfirmanlah kepadanya, ‘Berangkatlah dan lihatlah yang Aku ciptakan untuk hamba-hamba-Ku dan kekasih-kekasih-Ku.’
Maka pergilah Jibril berkeliling di surga itu, mendekatlah seorang bidadari dari bidadari-bidadari yang bermata jeli dari gedung. Tersenyumlah bidadari itu kepada Jibril dan menjadi terang benderanglah surga Aden karena cahaya dari kedua gigi seri bidadari itu. Rebahlah malaikat Jibril dengan bersujud, karena dia menyangka bahwa itu adalah nut Tuhan pemilik keagungan.
Berserulah bidadari itu, “Hai kepercayaan Allah, angkatlah kepalamu.” Maka malaikat Jibril memandangnya dan berkata, “Maha Suci Tuhan menciptakanmu” berkatalah bidadari, “Hai kepercayaan Allah, apakah engkau mengetahui untuk siapakah aku telah diciptakan?”
Malaikat Jibril malah balik bertanya, “Untuk siapakah engkau ini diciptakan?” bidadari itu berkata, “Allah menciptakan aku untuk orang yang mendahulukan ridha Allah daripada kesenangan nafsunya.
Diriwayatkan dari Ka’b, dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Nabi Muhammad mengenai pohon-pohon di surga. Beliau bersabda, ‘Dahan-dahannya tidak pernah kering, daun-daunnya tidak pernah berguguran dan lendir-lendirnya pun tidak pernah habis. Sesungguhnya pohon yang terbesar diantara pohon-pohon surga adalah Syajaratu Thubaa, pangkalnya dari intan, bagian tengahnya dari yaqut merah, yang paling atas dari emas, dahan-dahannya dari zabarjad dan daun-daunnya dari sutera. Di atas pohon Thuba itu terdapat 70 ribu dahan, dahan yang paling tinggi menyentuh tiang Arasy dan dahan yang paling rendah berada di langit dunia. Tidak sebuah kamar pun atau sebuah kubah pun di surga kecuali ada sebuah dahan dari pohon yang menaunginya. Pada pohon itu terdapat segala macam buah-buahan yang diingini semua hati manusia yang tidak ada bandingnya di dunia kecuali matahari, bendanya di langit (angkasa) sedang sinarnya berada di setiap tempat.
Sumber: Durrotun Nasihin