Sebenar-benarnya ‘abdinya Allah jangan punya pilihan, sok tahu dari Allah, dan jangan memastikan kemaslahatan suatu tingkah dari macam-macam tingkah, sebab manusia tidak ada pengetahuan. Kadang-kadang tidak suka terhadap suatu perkara, padahal perkara itu bagus. Dan terkadang cinta terhadap suatu perkara, padahal pada hakekatnya jelek.
Maka seharusnya ‘abdinya Allah harus memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan harus bertekad bahwa sebenar-benarnya kebaikan itu tetap semuanya dalam pilihan Allah, walaupun bukan yang diinginkan.
Jadi apabila kita berdoa kepada Allah, lalu Allah mengabulkannya, maka itu yang dikabulkan itu yang menjadi maslahatnya. Serta dimana-mana berdoa, lalu Allah mengakhirkan ijabahnya, maka dengan diakhirkannya itu jangan membuat kita putus asa sehingga merubah sikap dan memutuskan harapan. Tapi dengan diakhirkannya ijabah doa kita harus tenang dan penuh dengan husnudhon, bahwa sebenar-benarnya Allah akan mengabulkan doa, sebab Allah janji akan mengabulkan/mengijabah doa manusia. Tapi mengabulkan/mengijabah menurut pilihan dan pada waktu yang ditentukan Allah.
Berdoa itu harus dengan maksud ibadah kepada Allah, karena melaksanakan perintah-Nya sambil berharap diijabah. Hati-hati jangan sampai putus asa.
Perlu diketahui bahwa ijabah itu ada 3 tingkat :
- Yang dipakai untuk membersihkan dosa
- Ada yang diberikan di akhirat.
- Ada yang diberikan di dunia.
Nah, yang diberikan di alam dunia ada 3 tingkat :
- Meminta suatu hal, lalu diberikan hal tersebut.
- Meminta suatu hal, diberinya hal yang lain.
- Minta sekarang, diberi sekarang juga (saat itu juga), dan minta sekarang diberinya nanti, terus diakhirkan supaya tambah-tambah kemaslahatan.
Maka apabila berdoa, terus diakhirkan ijabahnya, jangan putus asa
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandar (hikmah keenam)