Dalil yang menerangkan buruknya membicarakan aib orang lain atau ghibah

Ibnu Abid Dunya meriwayatkan sebagai berikut:

“Barang siapa yang mendengar saudaranya yang muslim disebut kejelekannya di hadapannya, lalu tidak menolongnya, padahal ia mampu untuk melakukannya, maka Allah akan merendahkannya ketika hidup di dunia maupun di akhirat.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Jabir r.a. berkata yang artinya sebagai berikut:

“Ketika kami bersama Nabi saw, lau ada bau busuk melambung ke angkasa. Lalu Nabi saw bertanya,’Tahukah kamu bau busuk apakah itu? Ini adalah bau busuk orang-orang yang mengumpat (menggunjing) orang-orang mukmin’.”

Riwayat dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda:

Pada malam Nabi saw di isra’kan beliau melihat ke dalam neraka, tahu-tahu ada kaum yang asyik memakan bangkai, lalu Nabi saw bertanya, “Siapakah mereka itu, wahai Jibril?” malaikat Jibril menjawab, “Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging orang (membicarakan aib orang di dunia)”

Menurut Al Hasan r.a. “Demi Allah, sesungguhnya ghibah (membicarakan aib orang lain) itu lebih berbahaya terhadap agama (iman) seorang mukmin, melebihi dari bahayanya kanker terhadap badan.”

Menurut Ibnu Abbas r.a. “Jika kamu akan membicarakan aib temanmu, maka ingatlah terlebih dahulu akan aibmu sendiri.”

Dalam sebuah riwayat juga diterangkan bahwa sebagian ulama berkata, “Pada hari kiamat nanti) ada orang yang menerima catatan amal perbuatannya, dan tidak terdapat sedikitpun amal kebaikannya, lalu berkata ‘Dimanakah shalat, puasa, dan amal perbuatanku yang baik?’ lalu malaikat menjawab, ‘Seluruh amal perbuatanmu telah lenyap, lantaran kamu sering membicarakan aib orang lain’.”

Ada orang yang berkata kepada Hasan al Bashri “Sesungguhnya si Fulan telah mengumpatmu.” Lalu beliau mengirimkan talam yang diisi dengan manisan seraya berkata, “Aku tahu bahwa kamu telah memberikan hadiah kebaikanmu kepadaku. Oleh sebab itu aku membalasmu dengan manisan ini.”

Related Posts