Abu Bakar ash Shiddiq berkata kepada Siti ‘Aisyah ra ketika turun ayat yang membersihkan, yang menunjukkan bersihnya Siti ‘Aisyah dari kabar bohong, yang melalui lisan Nabi Muhammad saw. Berkata Abu Bakar: “Hai ‘Aisyah, kamu syukuran kepada Nabi saw”, maka berkata Siti ‘Aisyah: “Demi Allah, aku tidak akan bersyukur kecuali kepada Allah swt”. Nah pada saat itu Abu Bakar menunjukkan kepada Siti ‘Aisyah bahwa harus mendiami dalam pangkat yang lebih sempurna. Yaiu maqamil baqa i (mendiami fikiran yang sehat, yang merupakan/menetapkan syukuran ke makhluk). Maka Allah swt berfirman didalam Al Qur’an: “anisy kurlii waliwalidaiki”, “bersyukurlah kamu kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu yang menjadi perantara adanya kamu”. Begitu juga Nabi saw sudah bersabda tentang pentingnya bersyukur kepada sesama manusia: “tidak akan bersyukur kepada Allah orang yang tidak syukuran ke sesama manusia”. Siti ‘Aisyah pada saat itu berkata: “Wallaahi laa asy kuru illallaaha”, beliau sedang kehilangan perasaan, sedang tidak ingat terhadap tingkah dirinya, sedang rusak dalam rasa hisinya.
Disini akan dijelaskan tentang contohnya kejadian maqam akmal yang dijiwai oleh Sayyidina Abu Bakar dan mencontohkan ke shahibul haqiiqati yang ghaaba ‘anil khalqi bisyuhuudil malikil haqqi. Yang sedang dijiwai oleh Siti ‘Aisyah ra ketika beliau sedang kedatangan nikmat kabar gembira dari Allah, yang datangnya kepada Nabi Muhammad saw melalui wahyu, bahwa Siti ‘Aisyah bersih dari kabar bohong.
Dikabarkan bahwa Siti ‘Aisyah melakukan perbuatan buruk, maka Siti ‘Aisyah pada waktu itu tidak melihat makhluk yang jadi perantaranya (yaitu Nabi saw). Siti ‘Aisyah berkata: “Aku tidak akan bersyukur kecuali kepada Allah saja”. Terus oleh Sayyidina Abu Bakar disuruh untuk bersyukur kepada Rasulullah saw dan kepada Allah swt.
Nah Sayyidina Abu Bakar sedang mendiami maqamul khasshah atau maqamul akmal.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah kedua ratus enam puluh delapan)