Diwajibkan kepada setiap manusia untuk memberikan nasihat, memberikan pelajaran, memerintahkan kepada perbuatan yang makruf, dan melarang hal yang mungkar terhadap semua orang, baik yang lebih rendah maupun yang lebih tinggi daripadanya, apabila tidak dikhawatirkan menurut dugaannya akan menimbulkan kerusakan akibat nasihatnya tersebut.
Allah swt telah berfirman dalam surat An Nahl ayat 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlan mereka denganc ara yang baik.”
Apa yang dilakukan oleh banyak orang, yaitu membiarkan hal tersebut (nasihat dan pelajaran) terhadap orang yang berkedudukan tinggi, dan dugaan mereka bahwa hal tersebut merupakan sikap malu, hal ini merupakan kekeliruan dan suatu kebodohan yang buruk. Sesungguhnya sikap tersebut bukan sikap malu, melainkan menunjukkan sikap lemah, hina, tidak mampu, dan tidak berkekuatan.
Malu yang sebenarnya mengandung kebaikan, malu tiada mendatangkan sesuatu kecuali hanya kebaikan; sedangkan sikap tersebut mendatangkan keburukan, jadi itu bukan malu namanya.
Pengertian malu yang sesungguhnya menurut para ulama ialah akhlak yang membangkitkan semangat untuk meninggalkan hal yang buruk dan mencegah perbuatan sembrono terhadap hak orang lain.
Menurut Al Junaid, bahwa malu itu ialah merasakan nikmat dan lalai diri, dari keduanya lahirlah suatu sikap yang dinamakan malu.
Demikianlah penjelasan dari kami mengenai cara menasihati orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari kita. semoga uraian singkat diatas dapat memberikan manfaat bagi kita semua baik di dunia maupun di akhirat.