Al Qur’an merupakan pedoam bagi umat manusia, karena di dalamnya tercakup semua hukum-hukum, sejarah, dan lain sebagainya.
Allah mencela orang-orang yang berpaling dari Al Qur’an, tidak mau menjadikannya sebagai pedoman dan selalu durhaka kepada Allah swt.
Allah berfirman dalam surat Thaahaa ayat 124-127:
- dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”.
- berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam Keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”
- Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”.
- dan Demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. dan Sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.
Dari Ali bin Abi Thalib, dari Nabi Muhammad, beliau bersabda:
“Barang siapa yang membaca Al Qur’an, lalu menegaskannya yaitu menghalalkan yang halal dalam Al Qur’an itu dan mengharamkan haramnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga dan menerima syafaatnya pada sepuluh orang dari keluarganya, yang semuanya telah ditentukan masuk neraka.”
Keutamaan membaca Al Qur’an
Diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Barang siapa yang membaca Al Qur’an, sedang dia berada dalam shalat maka baginya setiap huruf pahala seratus kebaikan. Barang siapa yang membaca Al Qur’an di dalam selain shalat tetapi memiliki wudhu, maka baginya setiap huruf pahala dua puluh lima kebaikan. Dan barang siapa yang membaca Al Qur’an tidak dengan wudhu, maka baginya pahala 10 kebaikan.”
Dari Mu’adz bin Jabal, dia berkata, “Aku pernah bersama Nabi Muhammad dalam sebuah perjalanan. Berkatalah aku kepada beliau, ‘Ya Rasulullah, ceritakanlah kepada kami sebuah hadis yang bermanfaat buat kami.’ Nabi bersabda, ‘Jika kamu menginginkan kehidupan orang-orang yang beruntung, kematian orang mati syahid, selamat pada hari dihimpunnya para manusia, mendapat naungan di hari panas, dan petunjuk dari kesesatan, maka abadikanlah membaca Al Qur’an, karena ia adalah firman Tuhan Yang Maha Pengasih, benteng dari setan dan berat dalam timbangan amal.”
Nabi Muhammad juga bersabda, “Yang paling utama di antara ibadah-ibadah ummatku adalah membaca Al Qur’an.”
Pengertian dzikir kepada Allah
Disebutkan bahwa yang dimaksud dengan dzikir (dalam ayat 124) adalah Al Qur’an. Seperti firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 16, “Dan adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al Qur’an) serta mendustakan bertemu akhirat, mereka akan dihadirkan dalam siksa.”
Disebutkan bahwa maksudnya berpaling dari membacanya sehingga dia melupakannya. Ada pula disebutkan dzikir itu adalah keesaan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Furqaan ayat 18, “Sehingga mereka lupa mengingat (Engkau).”
Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud berpaling dari dzikir Aku adalah berpaling dari taat dan bertauhid kepada-Ku. Seperti firman Allah dalam surt An Nisaa ayat 59, “Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul.”
Ada yang mengatakan bahwa dzikir dalam ayat adalah ilmu. Seperti firman Allah dalam surat An Nahl ayat 43, “Maka bertanyalah kepada orang-orng ahli dzikir (ilmu) jika kamu tidak mengetahui.”
Ada yang mengatakan dzikir itu adalah dzikir lisan. Seperti firman Allah dalam surat Al Ahzaab ayat 41, “Berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir sebanyak-banyaknya.”
Ada pula yang mengatakan bahwa dzikir itu adalah shalat. Seperti firman Allah dalam surat Al Jumu’ah ayat 9, “Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah (shalat).”
Dan juga firman Allah dalam surat An Nuur ayat 37, “Para laki-laki yang tidak dilengahkan oleh perdagangan, dan tidak pula jual beli dari dzikir kepada Allah.”
Dari Ibnu Abbas, dia berpendapat bahwa ‘Adh-dhanku’ adalah celaka. Dia mengatakan bahwa apabila seorang diberi sedikit ataupun banyak dan tidak dapat menerima, maka tidak ada kebaikan pada orang itu. Itulah adh-dhanku dalam kehidupan. Dan sesungguhnya sekelompok orang apabila berpaling dari kebenaran, sedang mereka dalam kelapangan dunianya, maka keadaan mereka tetap terasa celaka. Karena itulah mereka berpendapat bahwa Allah tidak menciptakan mereka, lalu bertambah berat kehidupan mereka walaupun mereka dalam kelapangan dunia, karena sangkaan mereka yang buruk terhadap Allah.
Hukuman bagi orang yang berpaling dari dzikir kepada Allah
Dikatakan bahwa orang yang berpaling dari dzikir Allah adalah orang yang dikuasai setan yang mestinya menjadi musuh yang selalu menginginkan kebinasaan dan kesesatannya. Karena itu tidak ada seorang pun yang lebih berat kehidupannya dan lebih jauh kesesatannya serta lebih celaka daripada orang itu.
Allah berfirman dalam surat Al Munaafiquun ayat 9:
- Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.
Yakni janganlah mengurusi dan memperhatikan harta dan anak itu membuatmu sibuk meninggalkan dzikir kepada Allah, seperti shalat dan segala ibadah lain yang telah disebut untuk peribadatan. Yang dimaksud mencegah mereka jangan sampai lengah dan sibuk dengan harta dan anak itu. Sedang nahi atau laranganitu ditujukan pada harta dan anak bukan orang yang memiliki harta atau orang tuanya adalah untuk melebih-lebihkan (mubalaghah). Karena itulah maka Allah berfirman, ‘Dan barang siapa yang mengerjakan demikian’ yakni mereka telah menjual hal yang besar lagi abadi hanya dengan sesuatu yang remeh dan binasa.”
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Ada seorang laki-laki yang meninggal pada zaman Nabi Muhammad. Berdirilah Nabi di depan jenazahnya untuk menshalatkannya. Bergeraklah kain kafan itu dan Nabi melihatnya. Beliau temukan pada jenazah itu seekor ular sedang menghisap darahnya dan makan dagingnya. Abu Bakar maju untuk memukulnya. Berbicarlah ular itu dengan ijin Allah, ‘Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluhu.’ Dan berkata pula ular itu, ‘Hai Abu Bakar, mengapa engkau memukulku, sedang aku tidak mempunyai kesalahan. Aku telah diperintahkan untuk itu semua. Allah memerintahkan aku untuk menyiksanya sampai hari kiamat.’ Abu Bakr bertanya, ‘Apa dosanya?’ ular itu menjawab, ‘Tiga hal, dia orang yang meninggalkan shalat, dia membangkang zakat, dan dia tidak mau mendengar kata-kata ulama.”
Nabi Muhammad bersabda, ‘Alla telah berfirman, ‘Demi keagungan dan keluhurn-Ku, Aku tidak akan mengumpulkan dua macam ketakutan pada hamba-Ku dan tidak pula keamanan. Apabila Aku membuatnya takut di dunia tentu Aku amankan dia di hari kiamat, dan apabila Aku memberinya aman di dunia tentu Aku membuatnya takut di hari kiamat.”
Sumber: Durrotun Nasihin