Diriwayatkan bahwa Syeikh Mu’adz ar Razi rahimahullah pernah melihat seorang faqih (orang yang mengerti ilmu fiqih) yang senang terhadap kemewahan dunia. Kemudian beliau berkata, “Hai orang yang mempunyai ilmu dan sunah (ilmu hadist Nabi saw), gedung-gedung kamu yang megah itu adalah qaishar, dinisbatkan ke kerajaan qaishar yaitu kerajaan Rum. Sedangkan rumah-rumah kamu adalah Kisra, yaitu dinisbatkan ke kerajaan Kisra, yaitu Farsi.
Tempat tinggal kamu semua dinisbatkan ke Qarun, yaitu kaum Nabi Musa a.s. Pintu-pintu kamu semua adalah sebangsa Thalut (kaum raja Thalut) yang merupakan seorang raja. Dan pintu-pintu rumahnya kaum raja Thalut tinggi-tinggi. Pakaian-pakaian kamu semua adalah sebangsa Jalut (raja Jalut) yang dibunuh oleh Nabi Daud a.s. Serta madzhab kamu adalah setan (jalan kamu dalam bidang agama).
Macam-macam perabotan kamu adalah seperti Marwan, yaitu dinisbatkan kepada Marwan al Hakim, yang merupakan raja Syam, yaitu dari anak cucunya Marwan. Sedangkan wilayah yang kamu kuasai adalah seperti Firaun.
Qadhi atau penghulu kamu adalah yang sering cepat-cepat dalam mengambil keputusan dan tanpa pemikiran yang matang serta sering menerima sogokan. Risywah itu adalah perkara yang diberikan oleh seseorang kepada hakim, agar dia memenangkan dalam suatu perkara, atau perkara yang diinginkan oleh orang tersebut. Dan para penghulunya adalah yang sering menyeleweng serta khianat dan sering menerima harta sogokan.
Imam kamu adalah yang jahiliyah/orang yang bodoh. Maka dimanakah sifat-sifat Nabi Muhammad?”
Keutamaan berpuasa dan shalat sunah malam hari (tahajud)
Menurut para ulama (Ki Sya’ir), “Hai orang-orang yang munajat kepada Allah dengan berbagai macam omongan, dan yang mencari tempat tingga keselamatan. Dan yang mengakhir-akhirkan taubat dalam suatu tahun ke tahun berikutnya. Dan aku tidak melihatmu sebagai yang inshaf. Apabila kamu menggunakan hari-harimu untuk puasa dan malam harinya untuk beribadah shalat sunah. Serta meringkas kamu dari yang sedikit dari air dan makanan, maka terbukti kamu adalah orang yang mendapatkan tempat mulya, dan karamah yang agung dari Allah, serta ridha dari Allah yang mempunyai sifat keagungan dan kemulyaan.”
Dalam nadham bahar thawil, Ki Syair berkata bahwa yang menemani seseorang di dalam kubur adalah amal kebaikan, serta jangan disibukkan oleh perkara yang tidak diridhai oleh Allah swt. Harus ingat, bahwa manusia tingga di alam dunia itu hanya sementara atau seperti tamu, dan suatu saat pasti akan pergi (mati).
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad kar,angan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar