Orang yang tidak ingat terhadap kenikmatan dari Allah swt, maka akan dicabut kenikmatannya. Serta apabila tidak mensyukuri kenikmatan yang diberikan Allah, maka akan dibenci oleh-Nya. Sedangkan kenikmatan itu banyak sekali, seperti yang difirmankan Allah swt: “Wa in ta’udduu ni’matallaahi laa tuhsuu haa”, apabila kita menghitung-hitung kenikmatan Allah swt, maka tidak kita tidak akan bisa menghitungnya saking banyaknya.
Ketika ada pertanyaan bagaimana cara mensyukuri nikmat yang sangat banyak? Maka jawabannya adalah dengan cara mengakui bahwa segala kenikmatan itu merupakan kepunyaan Allah swt. Dengan datangnya macam-macam kenikmatan jangan menjadikan kita bingung dalam mensyukurinya, atau khawatir (takut) tidak bisa mensyukurinya. Sebab dengan adanya kekhawatiran dan bingung, maka akan terjadi kita tidak ridha terhadap pemberian dari Allah, sehingga akhirnya kita tidak mau diberi. Tingkah atau kelakuan seperti ini akan mengurangi kenikmatan kita.
Apabila kita ingin menjadi orang yang bisa mensyukuri kenikmatan dari Allah, maka di tiap-tiap pagi atau sore harus mengucapkan doa ini: “Allaahumma maa ashbaha bii min ni’matin au bi ahadin min khalqika waminka wahdaka laa syariika laka falakal hamdu falakas syukru ‘alaa dzaalika.”, yang artinya “Ya Allah, kenikmatan yang datang padaku pada pagi ini atau datang ke semua makhluk-Mu, itu semua adalah pemberian dari-Mu, tidak ada yang mencampuri”
Kalau kita di tiap pagi berfikir tentang kenikmatan yang diberikan Allah, dari mulai kesehatan badan, bisa melihat, bisa mendengar, bisa merasa, bisa ngomong, bisa berfikir, bisa berjalan, bisa bergerak, dan mempunyai iman dan islam, maka cukup bagi kita itu semua disertai dengan mengakui bahwa sebenar-benarnya segala kenikmatan itu adalah pemberian dari Allah.
Dan yang lebih baik atau utama adalah dengan dibarengin doa supaya Allah memberi taufik untuk mensyukurinya, maksudnya ingin diberi kemampuan untuk mensyukurinya.
Pengakuan atau mensyukuri nikmat dari Allah itu tidak menjamin akan bertambah kenikmatannya, tetapi yang menjamin bertambahnya kenikmatan itu adalah harus dibarengin dengan syukuran menurut istilah. Yaitu harus mengolah segala kenikmatan kepada yang seharusnya, yang sesuai dengan perintah Allah swt. Misalnya kalau kita diberi rizki memiliki sawah dan ingin bertambah sawahnya itu, maka sawah itu harus diolah sesuai yang seharusnya.
Artinya harus ditanami, kalau tidak ditanami tidak akan bertambah malah akan menambah kesulitan, karena dengan ditanami nantinya sawahnya itu kotor (tidak bersih), sehingga harus dibersihkan dan akhirnya membutuhkan biaya, hal ini dapat mengurangi kenikmatan.
Nabi Daud as berkata: “Ya Allah, harus bagaimanakah aku harus mensyukuri nikmat-Mu, sebab aku tidak bisa mensyukurinya kecuali sebagian?” Lalu Allah menurunkan wahyu kepada beliau: “Dimana kamu sudah tahu dan mengakui bahwa semua nikmat itu datangnya dari Aku Yang Agung, berarti kamu sudah bersyukur kepada-Ku, dan Aku ridha dengan syukurannya.”
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus sembilan puluh dua)