Secara umum tahap siklus daur hidup dari fasciola hepatica atau cacing hati ini adalah dimulai dari telur, lalu larva, kemudian serkaria, setelah itu metaserkaria, dan cacing dewasa. Fasciola hepatica atau disebut juga Cacing hati merupakan anggota dari trematoda (platyhelminthes) Cacing hati mempunyai ukuran panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 – 1,5 cm. Pada bagian depan terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang mulut, juga terdapat alat kelamin. Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan membantu saat bergerak
Berikut adalah penjelasan lengkap dari daur hidup fasciola hepatica, yaitu:
Telur
Telur menetas menjadi larva dengan cilia (rambut getar) di seluruh permukaan tubuhnya yang disebut mirasidium. Mirasidium yang baru menetas di feses akan terbawa hujan melalui siklus air hingga sampai aliran air. Mirasidium akan mencari inang baru, sasaran utamanya adalah para moluska terutama siput air tawar bercangkang seperti Lymnaea spp.
Larva mirasidium mempunyai kemampuan reproduksi secara aseksual dengan cara paedogenesis di dalam tubuh siput, sehingga terbentuk larva yang banyak. Setelah berada dalam tubuh siput, mirasidium akan berubah menjadi sporosis.
Selanjutnya sporosis melakukan paedogenesis menjadi beberapa redia, kemudian redia melakukan paedogenesis menjadi serkaria. Lama yang dibutuhkan fase larva atau mirasidium ini adalah sekitar 10 – 12 hari. Pada inang alternatif Lymnaea spp., larva tidak bersifat parasit hanya sekedar menumpang tempat untuk melanjutkan fase selanjutnya. Hal ini juga disebabkan Lymnaea spp. memiliki resistensi tersendiri dari infeksi cacing hati tersebut.
Larva
Larva Mirasidium Telur menetas menjadi larva dengan rambut getar (Cilia) di seluruh permukaan tubuhnya yang disebut mirasidium. Mirasidium yang baru menetas di feses kemudian akan terbawa hujan melalui siklus air hingga sampai aliran air. Mirasidium akan mencari inang yang baru, sasaran utamanya yaitu seperti para moluska terutama siput air tawar bercangkang seperti Lymnaea spp.
Larva mirasidium memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dengan cara paedogenesis di dalam tubuh siput, sehingga terbentuk larva yang banyak. Setelah berada dalam tubuh siput, mirasidium akan berubah menjadi sporosis.
Kemudian sporosis melakukan paedogenesis menjadi beberapa redia, kemudian redia melakukan paedogenesis menjadi serkaria. Lama yang dibutuhkan fase larva atau mirasidium ini yaitu selama 10 – 12 hari. Pada inang alternatif Lymnaea spp., larva tidak bersifat parasit hanya sekedar menumpang tempat untuk melanjutkan fase selanjutnya. Hal ini juga disebabkan Lymnaea spp. memiliki resistensi tersendiri dari infeksi cacing hati itu sendiri.
Serkaria
Dari ke-3 bentuk mirasidium ini yakni sporosis, redia dan serkaria, yang meneruskan daur hidup F. hepatica ialah serkaria. Struktur dari serkaria ini memiliki sistem gerak fase cacing hati ini mempunyai semacam ekor mirip seperti kecebong pada kodok, yang digunakan untuk bergerak dan berpindah.
Serkaria ini kemudian akan keluar dari tubuh siput Lymnaea spp. Lalu melanjutkan pergerakan dengan menggunakan ekornya menuju rerumputan, tumbuhaningkungan yang lembab dan basah di situlah serkaria tinggal. Kemudian membentuk fase metaserkaria di mana ekor yang sebelumnya ada pada serkaria hilang. Lama periode yang dibutuhkan serkaria yakni selama 5 – 7 minggu pada kondisi yang lembab atau basah.
Metaserkaria
Metaserkaria adalah bentuk perubahan dari serkaria setelah menemukan inang alternatif seperti rerumputan, tumbuhan air dan tumbuhan di sekitar perairan yang lembab dan basah. Bentuk metaserkaria ialah bentuk infeksi sejati dari cacing hati. Setelah menempel, metaserkaria akan membungkus diri dan menjadi kista yang bisa bertahan lama pada rumput, tanaman padi, atau tumbuhan air.
Penampang dari kista ini terseliputi oleh sejenis membran yang kuat sehingga membuatnya bisa bertahan, fase kista ini juga dapat disebut sebagai fase dorman dari daur hidup cacing hati. Semua mamalia yang memakan rerumputan tersebut akan terinfeksi cacing ini, termasuk sapi, kambing, bahkan juga manusia. Infeksi yang disebut fascioliasis ini bisa terjadi bilamana rerumputan tersebut tidak diolah dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Cacing Hati Dewasa
Setelah metaserkaria ini masuk ke dalam sistem pencernaan melalui konsumsi tumbuhan atau rerumputan yang sebelumnya telah menempel kista. Kemudian metaserkaria akan keluar dari kista dan berubah menjadi cacing hati dewasa. Cacing dewasa ini kemudian akan menembus dinding pada bagian-bagian usus halus, menuju rongga perut, dan mengincar hati sebagai tempat barunya. Cacing hati mempunyai ukuran tubuh yang cukup besar yaitu panjang antara 2.5 – 3 cm dan lebar antara 1 – 1.5 cm. Cacing F. hepatica berlaku sebagai parasit pada hati hewan, terutama hewan memamah biak
Tubuh cacing hati dilapisi oleh lapisan kutikula yang bermanfaat untuk menjaganya agar tidak rusak saat masuk ke pencernaan inangnya. Selain itu, cacing ini juga mempunyai mulut yang berfungsi sebagai alat hisap nutrisi pada hati inangnya. Nutrisi tersebut digunakan cacing hati untuk dapat bertahan hidup. Cacing dewasa akan bereproduksi menghasilkan telur-telur baru yang akan menjadi agen dalam melanjutkan daur hidup dari F. hepatica.