Keterangan yang diterima dari Rasulullah saw:
“Siapa saja orang yang keluar dari kehinaan ma’siyat dan masuk ke dalam kemulyaan tho’at, artinya orang yang meninggalkan ma’siyat yang menjadikan dirinya hina, lalu mengerjakan tho’at yang menjadikan kemulyaan dirinya. Maka Allah akan membuat kaya orang itu, sambil tidak dengan harta yang mengorbankan orang itu terhadap hartanya. Tetapi dengan ketenteraman hatinya dan ketenangan jiwanya orang tersebut. Serta Allah akan menguatkan orang itu dengan tanpa tentara yang membantunya, tetapi dengan kekuatan Allah swt. Dan akan membuat gagah Allah swt kepada orang itu, artinya mengalahkan musuh orang tersebut oleh Allah, dengan tanpa melalui orang lain yang menemaninya (menolongnya), tetapi dengan pertolongan Allah swt.”
Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya, tetapi banyak juga orang yang memandang kebahagiaan itu dengan lahiriahnya saja atau kehidupan duniawi. Padahal belum tentu orang yang punya banyak harta, memiliki istri cantik dan suami gagah, anak-anak pintar, memiliki pangkat yang tinggi akan berbahagia. Kalaupun mereka terlihat bahagia, itu hanyalah kebahagiaan semu.
Kebahagiaan itu adalah ketika hati merasa tenteram dan tenang, serta merasa dekat dengan Allah swt, selalu meneladani sikap hidup Rasulullah saw dalam setiap tingkahnya, dan lain sebagainya. Sehingga akhirnya dia juga akan menemukan kebahagiaan di akhirat.
Kebahagiaan itu adalah ketika Allah ridha terhadap kita, mampu melaksanakan segala perintah Allah dan bisa menjauhi larangan-Nya.
Allah adalah segalanya, Dia adalah Maha Kuat, Maha Agung, Maha Melihat, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan lain sebagainya. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Dia, karena ketika Allah menghendaki sesuatu semuanya pasti terjadi, dan tidak ada yang mampu menghalanginya.
Oleh karena itu, kita harus selalu yakin dan beriman terhadap Allah swt.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar