Apabila kita melakukan dosa, maka dosa tersebut jangan sampai membuat kita putus asa. Maksudnya dengan takutnya disiksa jangan sampai tidak jelas kelakuannya, sehingga akhirnya tidak mau melakukan shalat atau amal yang lain, karena merasa dirinya tanggung atau terlanjur akan disiksa.
Tetapi ketika kita melakukan dosa, kita harus ingat terhadap hilminya Allah dan ghafuururrahiim nya Allah dan syadiidul’iqab-Nya. Sehingga dengan melihat syadiidul’iqabnya Allah akan bersemangat dalam menghadap Allah, berusaha untuk mendapatkan pengampunan-Nya.
Dan mengapa dosa itu jangan membuat kita putus asa, karena terkadang dosa yang dilakukan oleh kita itu merupakan dosa terakhir yang dikehendaki oleh Allah. Maka setelah berdosa, kita akan selamat dan kembali kepada Allah.
Banyak sekali orang yang putus asa dan putus harapan, menganggap bahwa dirinya tidak akan diampuni oleh Allah swt karena telah banyak melakukan dosa. Sehingga akhirnya karena merasa sudah terlanjur kotor, dia terus saja melakukan dosa tanpa henti, baik itu dosa besar maupun dosa kecil.
Seharusnya dia tahu dan ingat bahwa Allah itu Maha pengampun, Dia akan mengampuni dosa manusia walaupun dosanya sebanyak buih di lautan, asalkan orang tersebut melakukan taubatan nasuha. Dia berhenti melakukan dosa, menyesal atas dosa yang telah dilakukan, dan tidak melakukan dosa lagi, kemudian lebih banyak melakukan amal kebaikan. Sehingga akhirnya dia termasuk kedalam golongan khusnul khatimah.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus empat puluh lima)