Keutamaan Bertaubat

Setiap umat manusia haruslah selalu bertaubat kepada Allah, memohon ampun kepada-Nya atas segala dosa yang telah dilakukan.

Allah berfirman dalam surat Asy Syuuraa ayat 25-26, “Dan Dalah Tuhan yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya, dan memaafkan kejahatan-kejahatan serta mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dia mengabulkan orang-orang beriman dan beramal shalih dan menambah mereka dari sebahagian karunia-Nya, dan orang-orang kafir bagi mereka siksa yang dahsyat.”

dari Ali ra, taubat itu sebuah isim yang mempunyai enam arti, yaitu:

  1. Menyesali dosa yang telah lewat.
  2. Mengulang (menyusuli) fardhu-fardhu yang disia-siakan.
  3. Mengembalikan semua bentuk penganiayaan.
  4. Menghancurkan nafsu dalam perbuatan taat sebagaimana telah dipelihara dalam kemaksiatan.
  5. Membuatnya terpaksa menelan pahitnya taat setelah dibuatnya merasakan kelezatan maksiat.
  6. Menangis sebagai ganti dari tertawa-tawa yang pernah dilakukan.

Tergesa-gesa (Bersegera) yang disunnahkan

Disebutkan bahwa tergesa-gesa adalah dari perbuatan setan. Tetapi tergesa-gesa (bersegera) itu disunnatkan dalam lima tempat, yaitu:

  • Menguburkan mayat
  • Menikahkan anak-anak perempuan.
  • Membayar hutang.
  • Bertaubat setelah maksiat.
  • Menghidangkan makanan bagi musafir.

Dari Abu Dzar, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya bagi setiap penyakit terdapat obat, sedangkan obat bagi segala dosa adalah istighfar.”

Nabi Muhammad bersabda, “Hai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku sendiri selalu bertaubat dalam sehari seratus kali.”

Nabi Muhammad bersabda, “Barang siapa yang tidak memohon ampun kepada Allah dalam sehari dua kali, maka dia benar-benar telah menganiaya kepada dirinya sendiri.”

Diceritakan bahwa ada seorang pemuda dari kaum Bani Israil yang telah beribadah kepada Allah selama 20 tahun, kemudian diapun berbuat durhaka kepada Allah selama 20 tahun juga. Suatu hari dia memandang ke cermin, dilihatnya sebuah rambut putih pada jenggotya. Bersedihlah pemuda itu karena keadaan itu. Dia berkata, “Tuhanku, aku telah taat kepada-Mu selama 20 tahun, kemudian aku mendurhakai-Mu selama 20 tahun. Lalu jika aku kembali kepada-Mu, apakah Engkau akan menerimaku?” didengarlah orang berkata, “Engkau telah mencintai Kami maka Kamipun mencintaimu, engkau meninggalkan Kami maka Kamipun meninggalkanmu, dan engkau telah mendurhakai Kami lalu Kami menangguhkanmu. Jika sekarang engkau kembali maka Kamipun menerimamu.”

 

Sumber: Durrotun Nasihin

Scroll to Top