Agama islam mengajarkan kepada umatnya agar saling memaafkan di antara sesama. Hal ini dikarenakan manusia itu adalah makhluk yang tidak luput dari kesalahan.
Dari Abu Hurairah dan dari Sahl bin Mu’adz, dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Barang siapa yang menahan kemarahannya, sedang dia mampu untuk melaksanakan kemarahannya itu, maka Allah akan memanggilnya di hari kiamat di hadapan semua manusia sehingga dia disuruh memilih bidarari manakah yang dia suka.”
Diriwayatkan bahwa Allah telah berfirman kepada Nabi Musa, “Barang siapa yang mampu dan mau memberi maaf maka Aku akan memandangnya setiap hari 70 kali. Dan barang siapa yang Aku pandang sekali saja Aku tidak akan menyiksanya dengan neraka-Ku.”
Oleh karena itu hendaklah orang yang berakal membiasakan diri untuk memaafkan orang lain dan berbuat baik kepada mereka, dan memelihara diri dari kejengkelan dan kemarahan. Karena hal itu akan menyebabkan orang disiksa di neraka.
Diceritakan dari Maimun bin Mihran bahwa budak perempuannya datang dengan membawa kuah. Terpelesetlah budak itu dan kuah itu menimpanya. Maimun bermaksud memukulnya, tetapi budak itu berkata, “Wahai tuanku, amalkanlah firman Allah, ‘Dan orang-orang yang menahan kemarahannya.’
Maimun berkata, “Ya, aku telah mengerjakannya.” Berkata pula budak itu, “Amalkanlah kata berikutnya, ‘Dan orang-orang yang memaafkan manusia.”
Maimun berkata, “Ya, akupun telah memaafkanmu.”
Budak itu berkata lagi, “Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Maimun berkata, “Aku akan berbuat baik kepadamu, sekarang engkau merdeka karena Allah.”
“Dan orang yang memaafkan manusia yakni memafkan orang yang berbuat aniaya kepada mereka dan berbuat jahat kepada mereka. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Sumber: Durrotun Nasihin