Kiamat merupakan sebuah akhir dari dunia yang fana dan awal kehidupan akhirat yang abadi. Setelah terjadi kiamat, ada dua keadaan orang-orang. Yang pertama adalah orang yang beriman dan yang kedua adalah orang yang durhaka.
Keadaan orang durhaka pada hari kiamat adalah seperti yang diurikan di bawah ini.
Diriwayatkan dari beberapa atsar sahabat Nabi Muhammad bahwa akan ada seruan yang menyeru di hari kiamat, “Datangkanlah kemari Fir’aun.” Lalu didatangkanlah Fir’aun itu memakai kupiah dari api, memakai baju kurung dari aspal dengan naik babi.
Kemudian diserukan lagi, “Dimanakah orang-orang yang berbuat sewenang-wenang lagi sombong?” lalu didatangkanlah mereka dan diberangkatkan ke neraka, sedang pemimpin mereka adalah Fir’aun.
Kemudian seruan itu berseru lagi, “Dimanakah Qabil?” lalu didatangkanlah dia dalam keadaan seperti Fir’aun. Kemudian berseru lagi, “Dimanakah orang-orang yang dengki? Aku akan mengumpulkan mereka dengan Qabil.” Maka Qabil pun menjadi pemimpin mereka ke neraka. Kemudian seruan itu berseru lagi, “Dimanakah Ka’b bin Al-Asyraf, pemimpin ulama Yahudi?” sebagaimana dalam hadits:
“Seandainya dia beriman tentu seluruh Yahudi beriman.”
Lalu didatangkanlah Ka’b bin Al-Asyraf dalam keadaan seperti Fir’aun itu. Kemudian seruan itu berseru lagi, “Dimanakah orang-orang yang menyembunyikan kebenaran dan ilmu.” Kemudian para malaikat menggiring mereka ke neraka. Ka’b itulah sebagai pemimpin mereka.
Kemudian seruan itu berseru lagi, “Dimanakah Abu Jahal?” didatangkanlah dia dalam keadaan seperti itu. Kemudian berseru lagi, “Dimanakah orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya.” Maka Abu Jahal itulah yang menjadi pemimpin mereka ke neraka.
Seruan tu berseru lagi, “Dimanakah Walid Al Mughirah?” didatangkanlah dia dalam keadaan seperti itu. Kemudian seruan itu berseru lagi, “Dimanakah orang-orang yang mengolok-olokkan orang-orang muslim yang fakir?” Walid itulah pemimpin mereka ke neraka.
Seruan itu berseru lagi, “Dimanakah Ajda’ dari kaum Luth yang telah memberi contoh liwath (menggauli laki-laki lewat dubur)?” didatangkanlah Ajda’. Kemudian berseru lagi, “Dimanakah orang-orang yang mengerjakan liwath?” lalu didatangkanlah mereka dan Ajda’ sebagai pemimpin mereka ke neraka.
Seruan itu berseru lagi, “Dimanakah Imru’ul Qais?” didatangkanlah dia, dalam keadaan seperti Fir’aun. Kemudian dikumpulkanlah para penyair yang bohong dan Imru’il Qais sebagai pemimpin mereka ke neraka.
Seruan itu berseru lagi, “Dimanakah Musalamah Al Kadzdzab?” didatangkanlah dia dalam keadaan seperti Fir’aun. Kemudian berseru lagi, “Dimanakah orang-orang yang mendustakan Al Qur’an?” maka Musalamah itulah pemimpin mereka ke neraka.
Seruan itu berseru lagi, “Dimanakah iblis ‘alaihil la’nat?” didatangkanlah dia dalam keadaan seperti Fir’aun. Kemudian Iblis berkata, “Hai Tuhan Pemutus yang Maha Adil, serahkanlah kepadaku semua anak buahku, muadzdzinku, ulama qurra’ku, orang-orang yang sebagai mushafku, menteri-menteriku, fuqaha’ku, bendahara-bedaharaku, pedagang-pedagangku, pemukul-pemukul kendangku, dan petani-petaniku.”
Dikatakan kepada Iblis, “Siapakah anak buahmu hai Iblis terkutuk, hai Iblis yang dijauhkan dari Allah?” dia menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang dilanda kerakusan, muadzdzinku adalah orang yang salah dalam membaca Al Qur’an, qurra’ku adalah penyanyi, mushafku adalah orang yang membuat tahi lalat (tato) dan meminta dibuatkan tahi lalat, fuqaha’ku adalah orang-orang yang memperolok-olokkan orang yang terkena musibah dan makan halal, bendaharaku adalah orang-orang yang hadis di meja minuman memabukkan dan orang-orang yang membangkang zakat, pedagangku adalah orang yang menjual barbuth (alat musik), pemukul kendangku ialah orang-orang yang menabuh kendang dan rebana, petani-petaniku adalah orang-orang yang menanam anggur untuk minuman memabukkan.”
Lalu keluarlah seekor ular besar, panjang lehernya jarak perjalanan 70 tahun. Ular itu mengumpulkan mereka dan menggiring mereka ke neraka.
Keadaan orang beriman pada hari kiamat
Kemudian dipanggillah semua makhluk menghadapi hisab. Berfirmanlah Allah swt, “Hai Jibril, pertama-tama orang yang masuk surgaku adalah Muhammad.” Diletakkanlah sebuah mahkota dari nur di atas kepala beliau. Beliau memakai sutera hijau dan di depannya dibawa 70 ribu bendera sedang beliau sendiri membawa Liwa’ul Hamdi (bendera pujian).
Kemudian diserukan, “Dimanakah orang-orang yang mengutamakan kefakiran dan berbuat baik kepada orang-orang fakir, serta berada dalam ajaran Muhammad dan mengikuti sunnah?” lalu dikatakan, “Berangkatlah kamu bersama Nabimu ke surga.”
Kemudian didatangkanlah Nabi Adam, sedang di atas kepalanya terdapat mahkota dari nur di depannya terdapat 8 ribu bendera. Lalu dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang telah beribadah haji dan umrah?” maka Nabi Adam sebagai pemimpin mereka ke surga.
Kemudian didatangkanlah Nabi Ibrahim seperti Nabi Adam (yaitu memakai mahkota dari nur), dan di depannya terdpat 20 ribu bendera. Kemudian dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang mencintai para tamu dan berbuat baik pada orang-orang asing (pengembara), lebih-lebih orang-orang yang sedang mencari ilmu?” maka Nabi Ibrahim sebagai pemimpin mereka ke surga.
Didatangkanlah pula Nabi Yusuf seperti para Nabi sebelumnya, di depannya terdapat 10 ribu bendera. Kemudian dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang meninggalkan kesenangannya ketika mereka mampu untuk memenuhi?” lalu Nabi Yusuf menjadi pemimpin mereka ke surga.
Didatangkanlah juga Nabi Ya’qub dan dikatakanlah, “Dimanakah orang-orang yang berbuat baik kepada tetangganya?” maka Nabi Ya’qub menjadi pemimpin mereka ke surga.
Didatangkanlah lagi Nabi Musa, kemudian diserukan, “Dimanakah orang-orang yang berani berbicara benar karena Allah swt?” lalu Nabi Musa sebagai pemimpin mereka ke surga.
Didatangkanlah Nabi Harun dan dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang adil dalam pemerintahannya?” lalu Nabi Harun sebagai pemimpin mereka ke surga.
Kemudian didatangkanlah pula Nabi Ayyub dan dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang telah bersabar dalam sakit dan bala’nya?” lalu Nabi Ayyub menjadi pemimpin ke surga.
Kemudian didatangkanlah pula Abu Bakar Ash Shiddiq, sedang di atas kepalanya terdapat mahkota dari nur dan mengenakan sutera tebal dan sutera tipis. Berserulah sebuah seruan, “Dimanakah orang-orang yang benar?” maka Abu Bakar sebagai pemimpin mereka ke surga.
Didatangkanlah Umar dan dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang memerintah ma’ruf dan mencegah yang munkar?” maka Umar sebagai pemimpin mereka ke surga.
Didatangkanlah Usman dan dia mengenakan pakaian haya’ (sifat malu), kemudian dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang meninggalkan maksiat karena malu kepada Allah.” maka Usman sebagai pemimpin mereka ke surga.
Didatangkanlah Ali dan dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang berperang di jalan Allah?” maka Ali sebagai pemimpin mereka ke surga.
Kemudian didatangkanlah Al Hasan dan Al Husain dan seruan itu berkata, “Dimanakah orang-orang yang dianiaya dan terbunuh dalam taat kepada Allah?” lalu keduanya sebagai pemimpin mereka ke surga.
Kemudian didatangkanlah pula Mu’adz bin Jabal dan dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang ahli fikih?” maka Mu’adz sebagai pemimpin mereka.
Kemudian didatangkan Bilal Al Habsyi dan dikatakan, “Dimanakah para muadzin?” maka dialah pemimpin mereka ke surga.
Sumber: Durrotun Nasihin