Taubatan nasuha merupakan tauba yang sungguh-sungguh, artinya memohon ampun kepada Allah, menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan dan tidak mengulangi perbuatan tersebut.
Selama hidup di dunia kita harus selalu memohon ampun dan bertaubat kepada Allah atas segala hal yang telah dilakukan. Karena bila kita berbuat seperti itu maka Allah akan ridha kepada kita dan akan selalu berada dalam lindungan-Nya.
Nabi Muhammad bersabda, “Barang siapa yang membiasakan istighfar, maka Allah akan menjadikan untuknya jalan keluar dari segala macam kesulitan, kegembiraan dari segala macam kesusahan dan memberinya rizki sekiranya tidak disangkanya.”
Nabi Muhammad bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku ini memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih banyak dari 70 kali.”
Nabi Muhammad bersabda, “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku sendiri bertaubat kepada-Nya dalam sehari 100 kali.”
Nabi Muhammad juga bersabda, “Semua anak cucu Adam adalah banyak berbuat kesalahan, sedang sebak-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang-orang yang bertaubat.”
Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad bersabda, “Celakalah orang-orang yang suka menangguhkan.”
Musawwif artinya orang yang menangguhkan yaitu orang yang berkata, “Aku akan bertaubat kelak. Dia adalah celaka, sebab dia memperlakukan suatu urusan didasarkan pada keabadian yang tidak ada dalam kekuasaannya. Sebab mungkin dia tidak abadi lagi (mati setelah berkata demikian), atau mungkin dia masih hidup. Tetapi sebagaimana dia tidak mampu hari ini untuk menghindari dosa, tidak mampu pula dia menghindarinya pada hari besok. Karena kelemahannya untuk menghindari dosa sekarang ini tidak lain hanyalah karena dikuasai hawa nafsu, sedang hawa nafsu tidak akan berpisah dengannya pada hari besok itu. Bahkan akan berlipat ganda dan bertambah kecil karena sudah terbiasa. Jadi tidaklah hawa nafsu yang diteguhkan manusia dengan terbiasa sama dengan hawa nafsu yang tidak diteguhkan kedudukannya.
Bayangkan saja, Nabi Muhammad memohon ampun dan bertaubat padahal Allah telah mengapuni dosanya yang dahulu maupun yang kemudian. Lalu orang yang tidak jelas keadaannya seperti kita, diampuni atau tidak?
Nabi Muhammad bersabda, “Apabila Allah menghendaki baik pada hamba-Nya tentu Dia akan menyegerakan hukuman (siksa) baginya di dunia. Tetapi jika Dia menghendaki buruk pada hamba-Nya tentu menahan hukuman dari hamba itu sebab dosanya, sehingga memnuhinya di hari kiamat kelak.”
Sumber: Durrotun Nasihin