Ada peribahasa yang mengatakan bahwa lidah itu tak bertulang. Setiap orang bebas mengeluarkan keinginannya ata berbicara sesukanya. Tetapi sebagai umat muslim (bahkan penganut agama lain), dilarang untuk mengeluarkan perkataan atau pembicaraan yang tidak bemanfaat atau menyakiti orang lain.
Allah swt berfirman dalam surat Al Hijr ayat 88, “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-oran gyang beriman.”
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim melalui Addi ibnu Hatim, yang menceritakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
Takutlah (hindarilah) diri kalian dair neraka, sekalipun dengan separo biji kurma; dan barang siapa yang tidak mempunyainya, maka dengan perkataan yang baik.
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim melalui Abu Hurairah, yang menceritakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
Setiap anggota tubuh manusia dikenakan sedekah, setiap matahari terbit engkau berbuat adil terhadap dua orang merupakan sedekah, dan engkau membantu seorang lelaki yang akan menaiki hewan kendaraannya, lalu engkau menaikkannya ke atas kendaraannya, atau engkau mengangkatkan barng miliknya ke atas kendaraannya merupakan sedekah.
Nabi saw bersabda pula, “Dan kalimat yang baik merupakan sedekah, setiap langkah yang engkau ayunkan ke (tempat) salat meupakan seekah, dan engkau membuang gangguan dari tengah jalan merupakan sedekah.”
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Muslim melalui Abu Dzar yang menceritakan:
Nabi Muhammad pernah bersabda kepadaku, “jangan sekali-kali engkau meremehkan perkara yang ma’ruf (baik) barang sedikit pun, sekalipun dalam bentuk engkau menyambut saudaramu dengan wajah yang cerah.
Sunat menjelaskan pembicaraan kepada orang yang diajak bicara
Diriwayatkan di dalam kitab Sunan Abu Daud melalui Siti Aisyah yang menceritakan:
Sabda Rasulullah saw merupakan pembicaraan yang jelas lagi gamblang dapat dipahami oleh semua orang yang mendengarkannya.
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Bukhari melalui Anas radhiyallahu ‘anhu yang menceritakan:
Nabi Muhammad saw apabila mengucapkan suatu kalimat, beliau mengulanginya sebanyak tiga kali hingga dipahami; dan beliau apabila mendatangi suatu kaum, lalu mengucapkan salam kepada mereka, beliau bersalam kepada mereka sebanyak tiga kali.