Menurut Sayyidina Abu Bakar ash Shiddiq, bahwa tidak semata-mata ada seorang ‘abdi yang diberi rizki oleh Allah dengan sepuluh macam perkara, melainkan benar-benar selamat orang tersebut dari berbagai bahaya dan dari berbagai penyakit semuanya.
Jadi orang tersebut termasuk ke dalam golongan muqarrabin (yang dekat) dari Allah swt. Dan dia merawat derajat muttaqin, artinya orang yang meninggalkan berbagai syahwat nafsunya serta menjauhi perkara yang dilarang.
Tetap dalam kebenaran, qanaah, sabar dan syukur
Nomer pertama dari yang sepuluh itu adalah benar yang tetap/langgeng, dibarengi dengan hati yang qanaah (ridha terhadap bagian dari Allah swt). Benarnya ucapan atau omongan adalah awalnya kebahagiaan. Maka siapa saja orang yang kebenaran omongannya sedikit tentu sahabatnya sedikit.
Yang kedua adalah sabar yang sempurna dibarengi syukur yang langgeng. Rasulullah saw bersabda, “Iman yang paling utama adalah sabar dan samahah/suka memberi/dermawan.” HR Imam Dailami
Rasulullah saw bersabda, “Senjata yang paling bagus untuk orang mukmin adalah sabar dan doa.”
Menurut Syeikh Abdul Qadir Jailani, “Bagaimana bagus-bagusnya ‘ujub dari kamu dalam macam-macam amal kamu. Dan melihat badan kamu terhadap amal tersebut, dan meminta imbalan dari amalnya. Sedangkan semua amal kamu itu adalah dengan taufik/pertolongan Allah dan karunia-Nya. Apabila kamu terbukti bisa meninggalkan maksiat, maka itu adalah karena penjagaan dari Allah. Maka, dimana kamu bersyukur karena dijaga dari maksiat, dan menerima nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadamu, maka Allah itu adalah yang telah menciptakanmu, dan telah membuat pekerjaan yang diperbuat olehmu berbarengan dengan usaha kamu. Kamulah yang mengusahakannya, dan Allah yang menciptakannya.”
Keutamaan faqir, zuhud, tafakur dan perut lapar
Ketiga adalah faqir yang langgeng dibarengi dengan zuhud. Rasulullah saw bersabda, “Hai golongan orang-orang faqir, harus memberikan kalian kepada Allah untuk ridha dari hati kalian. Maka, niscaya kalian akan mendapatkan ganjaran dari kefaqiran. Dan apabila tidak sabar, maka kalian tentu tidak akan mendapatkan ganjaran.”
Sebagian hukama berkata, “Merasa cukup (merasa kaya) dari suatu perkara, itu lebih bagus daripada merasa cukup dengan perkara tersebut.”
Keempat adalah pikiran tafakur yang langgeng dibarengi dengan perut yang lapar. Rasulullah saw bersabda, “Kalian harus mentafakuri dalam semua perkara, dan jangan mentafakuri Dzat Allah. karena sebenar-benarnya diantara langit yang ketujuh sampai ke kursinya Allah ada tujuh ribu nur. Dan Allah menguasai kursyinya.”
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Sudah merahmati Allah kepada suatu kaum yang orang-orang berprasangka kepada kaum tersebut sebagai yang sakit. Padahal kaum tersebut tidak sakit.” HR Ibnul Mubarak
Keutamaan prihatin dengan perkara dunia dan rasa takut kepada Allah
Kelimanya adalah prihatin yang langgeng dibarengi dengan rasa takut kepada Allah. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Kalau pada mengetahui kalian semua tentang ganjaran untuk kalian menurut Allah, maka tentu kalian semua akan menyukai kefaqiran (tambah-tambah faqir) dan bertambahnya kebutuhan.” HR Imam Tirmidzi
Rasulullah saw juga bersabda, “Cukup bagi seseorang dalam ilmunya bahwa dirinya takut kepada Allah. dan cukup bagi seseorang dalam kebodohannya bahwa ‘ujub orang tersebut dengan badannya.” HR Imam Baihaqi
Juga diriwayatkan bahwa sebenar-benarnya Nabi Muhammad saw bersabda, “Pastinya akan masuk surga orang yang mengharap-harapkan/menginginkan surga. Dan pastinya akan menjauhi neraka orang-orang yang takut oleh neraka. Dan pastinya Allah akan menyayangi kepada orang yang sering menyayangi.”
Keutamaan masyaqat (kesulitan) dan tawadhu
Keenamnya adalah kesulitan, artinya kemasyaqatan yang langgeng dibarengi dengan badan yang tawadhu (ramah tamah). Rasulullah saw bersabda, “Kalian semua harus tawadhu, dan harus bareng-bareng dengan orang miskin, maka tentu kamu akan menjadi sebagaian dari orang—rang yang agung dari Ahlullah. Dan kamu semua akan keluar dari takabur.”
Syeikh Abdul Qadir Jailani berkata, “Apabila kamu memerangi nafsu dan membunuhnya dengan pedang mukhalafah (dengan memalingkan diri dari nafsu), maka tentu Allah akan menghidupkan nafsu itu, berselisih dengan kamu dan meminta ke kamu berbagai syahwat/keinginan nafsu dan bersenang-senang, supaya balik lagi kamu kepada memerangi, yaitu supaya Allah menuliskan untuk kamu ganjaran yang langgeng.
Nah, ini adalah maknanya firman Allah, “Dan harus beribadah kalian kepada Allah, sampai datangnya mati.” artinya kita harus memalingkan diri dari nafsu sampai datangnya ajal. Memalingkan diri dari nafsu itu disertai dengan ibadah, karena sebenar-benarnya nafsu itu tidak mau ibadah dan menginginkan lawannya ibadah.
Keutamaan rasa menyayangi (mengasihani)
Ketujuh yaitu rintih yang langgeng (dalam semua pekerjaan), dibarengi dengan rasa sayang yang hadir. Dan diterangkan di dalam hadist Nabi bahwa Allah akan merahmati orang-orang yang mempunyai sifat mengasihani (menyayangi).
Kedelapan adalah perasaan cinta yang langgeng kepada Dzat Allah swt, dibarengi perasaan malu yang hadir.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Kalian semua ingin masuk ke surga?” Para sahabat menjawab, ‘tentu saja, wahai Rasulullah,’ kemudian Nabi berkata lagi, ‘Harus memendekkan cita-cita, harus menetapkan kepada ajal kalian diantara penglihatan kalian, harus malu kalian kepada Allah dengan sebenarnya.’ Maka para sahabat berkata, ‘Kami semua sering malu oleh Allah.’ Nabi berkata, ‘Bukan seperti itu malu oleh Allah. Tetapi malu oleh Allah yang sebenarnya adalah kalian jangan lupa terhadap pekuburan dan akan busuknya badan kalian di dalam kubur. Jangan lupa terhadap amal yang akan menjadi keselamatan dan kesenangan di alam kubur, yaitu amal ibadah. Dan kalian jangan lupa kepada isi perut, dan perkara yang dikandung di dalam perut. Artinya perut tersebut harus diisi dengan barang yang halal. Dan harus menjaga hati yang ada di dalam perut dari segala sifat yang dicela, seperti ‘ujub, hasud, riya’, takabur, dan yang lainnya. Kalian juga jangan lupa kepada kepala dan yang ada di sekelilingnya. Artinya harus menjaga kedua mata, dua telinga, lidah dari digunakan untuk perkara yang dilarang Allah, termasuk juga kedua tangan dan kedua kaki.
Dan siapa saja orang yang menginginkan kemulyaan akhirat, maka tentu dia akan meninggalkan kemegahan dunia. Nah, apabila sudah demikian, maka terbukti dia malu oleh Allah, dan akan menjadi kekasih Allah.” HR Abu Nu’aim
Keutamaan ilmu yang bermanfaat dan beramal shalih
Kesembilan adalah ilmu yang bermanfaat dibarengi dengan amal yang tetap (langgeng). Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Bahayanya kecerdasan adalah pujian dan senang dipuji-puji. Dan bahayanya keberanian adalah lacut (bahasa sunda). Bahayanya dermawan adalah berkata-kata. Bahayanya ketampanan/kecantikan adalah merasa besar/sombong. Bahayanya ibadah adalah fatrah/putus, dan bahayanya omongan adalah bohong. Bahayanya ilmu adalah lupa. Bahayanya hilmi adalah safah/bodoh. Bahayanya memiliki keturunan yang mulya adalah sombong. Bahayanya dermawan adalah berlebihan.” HR Imam Baihaqi
Keutamaan iman dan akal
Dan yang kesepuluh adalah iman yang langgeng dibarengi dengan akal yang teguh. Akal itu merupakan sumbernya adab. Menurut ahli balaghah bahwa pemberian yang paling bagus adalah akal, dan musibah yang paling buruk adalah bodoh.
Sahabat sejati manusia itu adalah akalnya, sedangkan musuhnya adalah kebodohan. Dan Allah menciptakan akal menjadi asal pokok untuk agama dan jadi tiang agama.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar