“Tidak ada ibadah yang besar ganjarannya seperti tafakur.”
Menurut ahli ma’rifat bahwa tafakur, yaitu mengingat-ingat dan berfikir tentang ciptaan Allah swt merupakan lampunya hati. Jadi ketika tafakurnya hilang, maka hati menjadi tidak terang.
Dalam hadist juga dierangkan bahwa sebenar-benarnya tafakur selama satu jam (mengingat-ingat ciptaan Allah yang menunjukkan kekuasaan-Nya), yang menjadikan bertambahnya ma’rifat kepada Allah, maka itu lebih bagus daripada ibadah enam puluh tahun.
Menurut Syeikh al hifni, bahwa tafakur dalam macam-macam ciptaan Allah, lalu berfikir-fikir tentang keadaan sakaratul maut, berfikir tentang adanya siksa kubur, serta kalang kabutnya hari kiamat, itu lebih bagus daripada ibadah yang banyak, itu disebabkan karena sering menimbulkan terhadap adanya pekerjaan (perbuatan) yang baik.
Menurut Syeikh Khalil ar Rasyidi: “Tidak akan berhasil tafakur, kecuali dengan melanggengkan dzikir lisan serta mantengin hati (menguatkan hati), sehingga dzikir tersebut tertancap di dalam hati.”
Berhasilnya mendapatkan pangkat itu adalah kuatnya hati (mantengnya hati) kepada Allah. Nah, itu membutuhkan terhadap adanya ma’rifat kepada Allah. Sebab apabila manusia tidak ma’rifat kepada Allah, tidak mengenal sifatnya yang 20, itu tidak akan bukti (terbukti) dzikir dengan hati dan lisannya.
Yang disebut ma’rifat menurut Syeikh Ibrahim adalah menetapkan terhadap haq Allah dan tepat, maksudnya tekad yang sama dengan buktinya, serta yang mengeluarkan dari rasa waswas.
Tempat berjalannya tafakur itu banyak, yang paling mulia adalah tafakur dari ayat-ayat Allah yang menunjukkan tentang ciptaan-Nya. Artinya dari macam-macam keajaiban ciptaan Allah Yang Agung., serta dari tapak/jejak kekuasaan-Nya lahir maupun batin, yaitu dari perkara-perkara yang tergelar di langit dan bumi, keindahan bulan, bintang, dan berbagai macam yang ada di atas bumi.
Allah swt berfirman:”Dan tetap di atas bumi macam-macam ciri kekuasaan Allah untuk orang yang meyakinkan semua. Dan begitu juga di dalam diri kamu, mengapa tidak berfikir? Nah, berfikir-fikir dalam ayat Allah akan menimbulkan adanya tauhid serta menambah keyakinan.”
Dengan adanya tafakur tentang keanehan ciptaan Allah, akan menambah kema’rifatan kepada Allah, terhadap sifat-sifat Allah, dan namanya Allah. sehingga menurut Allah “Aku akan memperlihatkan kepada orang-orang tentang ayat-ayat-Ku (kekuasaan-Ku), sehingga jelaslah kepada orang-orang itu tentang Maha Benarnya Allah, serta menguasai seluruh alam.”
Sebagian dari buahnya keyakinan adalah tenangnya hati, serta percaya terhadap janjinya Allah dan tanggung jawabnya Allah. Serta menghadap Allah dengan cinta yang sebenarnya, dan meninggalkan pekerjaan yang bisa melupakan dari Allah, dan kembali dari tiap tingkahnya kepada Allah, juga mengerahkan segala kemampuan untuk mendapatkan keridhaan Allah.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar