Dianjurkan agar wasiat si mayat tidak diikuti dan diperturutkan semuanya, melainkan hal itu terlebih dahulu diketengahkan kepada ahlul ‘ilmi. Apa saja yang mereka perbolehkan, boleh dilakukan; jika mereka tidak membolehkannya, jangan dilakukan.
Contohnya, apabila seseorang berwasiat agar dikubur di suatu tempat kuburan di negerinya dan tempat itu merupakan tempat orang-orang terpilih (saleh), maka wasiatnya itu dianjurkan agar dipegang dan dilaksanakan.
Apabila seseorang berwasiat agar jenazahnya kelak disalatkan oleh orang lain, apakah boleh orang lain tersebut lebih dulu menyalatkannya daripada keluarga si mayat? Sehubungan dengan masalah ini ada perselisihan di kalangan ulama. Menurut pendapat yang sahih di mazhab Syafii, kaum kerabat lebih diutamakan. Tetapi jika orang yang dituju oleh wasiat si mayat termasuk orang yang dikenal ahli kesalehan atau ahli ilmu agama lagi mengamalkan ilmunya dan dikenal baik, maka kerabat yang keadaannya tidak setara dengan orang itu disunatkan mengundurkan diri demi memelihara hak si mayat.
Bagaimanakah hukum wasiat agar dikubur dengan peti mati
Apabila seseorang berwasiat minta dikubur dengan peti mati, wasiatnya tidak boleh dilaksanakan, kecuali jika tanah kuburannya lembek atau basah hingga perlu memakai peti mati. pembiayaan diambil dari harta si mayat, sama halnya dengan kain kafan.
Apabila seseorang berwasiat agar jenazahnya dipindahkan ke negeri lain, wasiatnya tidak boleh dilaksanakan, karena memindahkan jenazah ke negeri lain hukumnya haram menurut pendapat yang sahih lagi terpilih dan menurut sebagian besar ulama, serta disetujui oleh ulama ahli tahkik. Menurut pendapat lainnya, hukum hal tersebut makruh. Imam Syafii mengatkan, dikecualikan bila ia berada di dekat Mekah atau Madinah atau Baitul Muqaddas, maka ia boleh dipindahkan ke sanan mengingat berkahnya kota-kota tersebut.