Bagal

Bagal Swiss

Bagal adalah keturunan dari keledai jantan (Equus asinus) dan kuda betina (Equus caballus) , dengan kedua spesies induk mamalia berkuku ("berkuku") yang cukup besar dari keluarga kuda (Equidae). Kebalikannya, keturunan kuda jantan dan keledai betina, disebut hinny. Bagal dan hinnie biasanya steril. Secara historis, istilah "bagal" (Latin mulus ) juga diterapkan pada keturunan dari dua makhluk dari spesies yang berbeda — dalam penggunaan modern, "hibrida". Itu masih digunakan untuk hibrida steril seperti antara burung kenari dan burung lain atau antara spesies tanaman yang berbeda.

Sejarah interaksi manusia dengan bagal sebagian besar merupakan salah satu harmoni. Manusia, melalui kreativitasnya sebagai penjaga ciptaan, telah mengembangkan banyak jenis hewan dan varietas tanaman yang unik. Dalam hal ini, mereka memiliki kuda dan keledai yang berhasil berkembang biak untuk menghasilkan bagal. Keledai ada, dan jumlahnya sangat banyak, hanya karena daya kreatif manusia. Di sisi lain, bagal — yang terkenal karena daya tahan, keteguhan kakinya, dan kemauan untuk bekerja keras — telah digunakan sejak zaman prasejarah untuk melayani manusia, sebagai hewan pengemas, tenaga kerja, dan pekerja.

Bagal telah terbukti sangat berharga dalam sejarah peradaban manusia baru-baru ini. Mereka digunakan secara luas di pemukiman Amerika Serikat, penebangan pohon untuk ladang dan jalan, dan pemindahan gerobak dan muatan material. Mereka digunakan dalam Perang Dunia I dan II untuk memindahkan material. Mereka bekerja dengan baik dengan pekerja yang tidak berpengalaman dan dalam cuaca panas. Bahkan saat ini, bagal terus digunakan sebagai pengganti mesin mekanis di beberapa wilayah di dunia.

Ringkasan

Bagal paket Argentina.

Bagal adalah hibrida dari persilangan (kawin) antara keledai jantan dan kuda betina. Keledai atau keledai, Equus asinus, adalah anggota keluarga kuda, Equidae, ordo Perissodactyla, hewan berkuku ganjil (mamalia berkuku). Kata keledai mengacu pada E. asinus yang dijinakkan, sedangkan nenek moyangnya yang liar, juga E. asinus, disebut keledai liar Afrika [...]

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *