Menurut Sayyidina ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu, bahwa ada 8 perbuatan atau tingkah berlebihan yang harus ditinggalkan, yaitu:
Pertama, bahwa siapa saja orang yang meninggalkan omongan atau pembicaraan yang berlebihan, maka dia akan diberikan hikmah.
Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Tidak akan masuk manisnya iman kedalam hatinya seseorang, hingga dia meninggalkan sebagiannya omongan karena takut untuk berbohong, walaupun terbukti bahwa omongannnya itu benar. Dan orang itu sering meninggalkan pertikaian/perdebatan, walaupun terbukti dia itu benar. HR Imam Dailami
Kedua, siapa saja orang yang meninggalkan penglihatan yang berlebihan, maka dia akan diberi khusyu’ nya hati. Dan itu merupakan setengah dari berbagai cirinya khusyu’, yaitu sebenar-benarnya bila seseorang dimana-mana dimarahi atau dibohongi oleh orang lain, maka dia menghadapi kejadian tersebut dengan menerima (legowo).
Ketiga, bahwa siapa saja orang yang meninggalkan makan berlebihan, maka dia akan diberi nikmatnya ibadah. Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja orang yang sabar terhadap makanan yang sangat (banyak) dengan sabar yang bagus, maka Allah akan menempatkan dirinya di surga firdaus, sebagaimana keinginannya orang itu.”
Rasulullah saw juga bersabda, “Dimana-mana seseorang menginginkan suatu keinginan nafsunya, lalu nolak/nahan orang itu terhadapkeinginannya, dan emilih meninggalkan nafsunya, maka dia diampuni.” HR Imam Daruquthni
Keempat, siapa saja orang yang meninggalkan tertawa yang berlebihan, maka dia diberi haibah. Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Sebenar-benarnya seorang ‘abdi yakin ada yang ngomong satu kata, yang tidak semata-mata ngomong dia terhadap satu kata (ucapan) supaya orang-orang tertawa dengan mendengar ucapannya. Maka dia akan terjatuh ke yang paling jauh antara jarak langit dan bumi. Dan yakin, orang tersebut akan terpeleset dalam ucapan lidahnya, dengan lebih berbahaya daripada terpelesetnya dua telapak kakinya.”
Kelima, siapa saja orang yang meninggalkan omongan bercanda, maka dia akan diberi keagungan, maksudnya bagusnya haibah. Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Shumtu (diam) itu adalah pemimpinnya akhlaq. Siapa saja orang yang bicara bercanda, maka tentu dia akan disepelekan.” HR ad Dailami
Orang yang berakal harus bermaksud ketika bercandanya untuk atau dalam dua keadaan (tingkah).
- Menenteramkan dua orang yang sedang bersama (atau berselisih) dan membuat percintaan diantara dua orang yang bercampur.
- Harus menjauhkan si ‘aqil dengan candaannya terhadap perkara yang baru datang kepadanya dari rasa bosan. Dan dari perkara yang timbul dengan sebab candaannya dari rasa bingung/susah.
Keenam, siapa saja orang yang meninggalkan kesukaannya terhadap dunia, maka dia akan diberi rasa suka terhadap akhirat. Karena kedua-duanya itu yang mencari dan dicari. Maka orang yang mencari (memperjuangkan) akhirat, itu mencari ke orang tersebut dunia, sehingga disepurnakan rizkinya.
Dan orang yang mencari dunia, itu mencari kepada orang tersebut akhiratnya, sehingga mengambil mati kepada pundaknya/kepada dirinya.
Ketujuh, siapa saja orang yang meninggalkan untuk menyibukkan diri melihat keaiban orang lain, maka dia akan diberi untuk membereskan keaiban yang ada di dirinya.
Diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Enam perkara yang bisa melebur berbagai macam amal.
- Sibuk dengan berbagai aib makhluk (orang lain)
- Keras hati.
- Suka terhadap dunia.
- Sedikit rasa malu.
- Panjang cita-cita/lamunan.
- Maksiyat yang tidak ada ujungnya.”
Kedelapan, siapa saja orang yang meninggalkan menyelidik dalam tingkah Allah swt, maka tentu dia akan diberi kebebasan (dihilangkan) dari sifat munafiq, maksudnya dari nifaq tekad.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar