Ada seorang yang shalih yang selain duduk di dekat raja untuk memberikan fatwa-fatwa yang sangat berguna bagi dirinya (raja) lalu berkata, “Berbuatlah kebaikan kepada orang-orang yang berakhlak mulia, karena orang yang berbuat jahat akan binasa oleh kejahatannya itu sendiri.” Akhirnya ada orang bodoh yang dengki kepada penasehat raja itu, karena akrab dan intimnya dengan sang raja. Lalu ia berusaha dengan berbagai cara agar dapat membunuh penasehat raja itu, lalu ia berkata kepada raja, “Sesungguhnya penasehatmu itu telah menganggap bahwa dirimu berbau busuk, sebagai buktinya jika kamu berdekatan dengannya, maka ia akan menutup hidungnya agar tidak menghirup baumu yang busuk itu.” Raja mendengar hasutan itu lalu berkata, “Sudah pulanglah, aku akan mengecek kebenaran keteranganmu ini.”
Akhirnya orang yang hasud itu memanggil penasehat raja dan diajak makan di rumahnya, lalu diberinya makanan yang banyak bawang putihnya. Lalu penasehat raja itupun keluar dari rumah orang yang hasud dan langsung pergi ke rumah raja sebagaimana biasanya. Lalu berkata, “Berbuat kebaikan kepada orang-orang yang berakhlak baik,” sebagaimana nasehat sebelumnya. Lalu raja berkata kepadanya, “Mendekatlah kamu kepadaku.” Dia lalu mendekat pada raja sambil menutup mulutnya agar raja tidak mencium bau bawang putih yang telah dimakannya. Maka raja berkata dalam hatinya, “Aku tidak mempunyai perkiraan sesuatupun kecuali orang yang membawa berita kemarin adalah benar perkataannya.”
Biasanya raja tidak pernah menulis dengan tulisannya sendiri, kecuali untuk mmeberikan hadiah. Akhirnya raja itu menulis surat kepada sebagian pegawainya yang berisikan, “Jika pembawa surat ini datang kepadamu, maka sembelihlah, dan kupaslah kulitnya, lalu isilah kulit itu dengan jerami dan kirimlah seorang utusan untuk membawanya kepadaku.”
Akhirnya orang shalih yang menjadi penasehat raja itu keluar bertemu dengan orang yang hasud yang telah melaporkannya kepada raja kemarin, lalu berkata, “Surat siapakah ini?” Jawabnya, “Ini surat dari raja yang memberikan hadiah kepadaku.” Lalu orang yang hasud itu berkata, “Berikan surat itu kepadaku.” Jawabnya, “Ya, surat ini kuberikan kepadamu.”
Lalu orang yang hasud itu mengambil surat tersebut dari penasihat raja, dan langsung pergi ke pegawai raja yang dituju. Pegawai raja itu berkata, “Isi suratmu itu agar aku menyembelihmu dan kulitmu dikupas.” Maka orang yang hasud itu berkata, “Sesungguhnya surat ini bukan untukku, berhati-hatilah kamu dalam memutuskan persoalanku, terlebih dahulu aku menghadap raja.” Kemudian pegawai raja itu berkata, “Tidak ada tawar menawar bagi surat raja.” Akhirnya orang yang hasud itu disembelih, lalu dikupas kulitnya dna dikirimkan pada raja setelah diisi dengan jerami.
Kemudian penasehat raja kembali kepada raja sebagaimana biasanya dan berkata sebagaimana biasanya pula. Maka raja tercengang dibuatnya, lalu bertanya, “Bagaimana tentang surat kemarin?” Jawabnya, “Si Fulan bertemu denganku lalu meminta agar surat itu diberikan kepadanya, akupun mengabulkan permintaannya.”
Kemudian raja berkata, “Sesungguhnya Fulan itu yang telah memberitahu kepadaku bahwa kamu pernah berkata kepadanya bahwa aku berbau busuk.” Maka penasehat raja itu berkata, “Aku tidak pernah berkata begitu.” Lalu raja berkata lagi, “Lalu mengapa kamu meletakkan tanganmu di hidung dan mulutmu ketika berbicara kepadaku?”. Maka penasehat raja itu menjelaskan duduk persoalannya, “Ketika itu aku baru saja dijamu oleh si Fulan makanan yang banyak mengandung bawang putihnya, sehingga mulutku berbau tidak sedap, karena itu terpaksa aku menutup hidung dan mulutku supaya paduka tidak terganggu.” Lalu raja berkata, “Benar ajaran nasehatmu sekarang dan kembalilah ke tempatmu, sungguh orang yang berbuat kejahatan pasti akan menemui balasannya sendiri.”