Keadaan Manusia Pada Hari Kiamat

Dari Ibnu Abbas, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Setelah Allah swt menciptakan langit dan bumi, Dia menciptakan Shur (terompet). Shur itu mempunyai sebelas lingkaran. Allah swt memberikannya kepada malaikat Israfil, dan dia meletakkannya di mulutnya dan memandang ke Arasy dengan penglihatannya sambil menanti kapan dia diperintahkan.”

Abu Hurairah berkata, “Apakah Shur iru ya Rasulullah?” Nabi Muhammad menjawab, “Ia semacam tanduk besar dari nur. Demi Tuhan yng mengutusku sebagai Nabi dengan haq, besar setiap lingkaran dalam shur itu adalah seperti luas langit dan bumi. Ia akan ditiup dengan 3 kali tiupan. Tiupan terkejut, tiupan kematian, dan tiupan kebangkitan kembali. Allah memerintahkan malaikat Israfil dengan tiupan pertama. Maka malaikat Israfil pun meniup Shur itu dan terkejutlah orang-orang di langit dan bumi. Itulah firman Allah dalam surat An Naml ayat 87, ‘Dan pada hari terompet ditiup, maka terkejutlah semua makhluk yang di langit dan semua makhluk yang di bumi.’

Yakni setiap makhluk di langit dan di bumi berteriak minta tolong karena ketakutan.

Allah berfirman dalam surat Al Hajj ayat 2, ‘Setiap perempuan yang menyusui lupa dari anak yang disusuinya dan setiap perempuan yang mengandung menggugurkan kandungannya.’

Dan anak-aak menjadi berubah. Lalu mereka berdiam pada waktu yang dikehendaki Allah swt.

Kemudian Allah memerintahkan malaikat Israfil untuk meniup tiupan yang kedua kalinya, yaitu tiupan kematian. Ditiuplah terompet itu dan matilah semua makhluk yang berada di langit dan bumi. Seperti firman Allah dalam surat Az Zumar ayat 68, “Dan ditiuplah terompet maka matilah makhluk di langit dan makhluk di bumi kecuali orang-orang yang dikehendaki Allah.”

Yakni Jibril, Mikail, Israfil, dan malaikat maut (Izrail) dan malaikat-malaikat pemikul Arasy. Lalu Allah pun memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawa mereka, dan dicabutlah nyawa mereka. Kemudian Allah berfirman, ‘Hai malaikat maut, siapakah yang tinggal dari makhluk-makhluk-Ku?’ malaikat maut menjawab, ‘Ya Tuhanku, tinggallah hamba yang lemah malaikat pencabut nyawa ini.’ Allah berfirman, ‘Hai malaikat maut, bukankah engkau telah mendengar firman-Ku, ‘Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.’ (Al Anbiya ayat 35).

‘Cabutlah nyawamu sendiri!’ pergilah malaikat maut ke sebuah tempat di antara surga dan neraka, dan mencabut nyawanya. Dia berteriak keras yang seandainya makhluk-makhluk masih hidup tentu mereka mati seketika karena teriakannya. Dia berkata pada dirinya sendiri, ‘Seandainya aku mengetahui penderitaan dan kepedihan yang ada pada kematian tentu aku tidak akan mencabut ruh orang-orang mukmin kecuali dengan pelan-pelan.’ Kemudian matilah malaikat maut, dan tidak tersisa seorang pun dari makhluk ini. Tinggallah bumi kosong selama 40 tahun.

Allah berfirman, ‘Hai dunia yang rendah, dimana raja-raja itu, dimanakah putera-putera raja, dimanakah penguasa-penguasa yang sewenang-wenang, dimanakah orang-orang yang telah makan rezeki-Ku menyembah selain Aku?

“Milik siapakah kerajaan pada hari ini?” (Al Mu’min ayat 16)

Maka tidak seorang pun menjawab-Nya dan Dia menjawab-Nya sendiri.

“Milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Al Mu’min ayat 16)

Kemudian Allah melepaskan Riihal ‘Aqlim (angin yang kosong tidak ada kebaikannya) yang pernah dilepaskan-Nya pada kaum Aad kira-kira yang menerobos lubang jarum. Lalu tidak membiarkan gunung atau bukit kecuali dirobohkannya dan dijadikannya seperti hamparan (bumi datar). Seperti firman Allah dalam surat Thaahaa ayat 107, “Tidak engkau lihat pada bumi itu tempat yang rendah maupun yang tinggi.”

Kemudian Allah memerintahkan langit agar menurunkan hujan. Maka langitpun menurunkan hujan seperti air mani seorang laki-laki selama 40 hari, sehingga air berada di atas segala sesuatu setinggi 12 hasta. Lalu tumbuhlah semua makhluk sebab air itu seperti sayur-sayuran tumbuh hingga sempurnalah jasad mereka seperti semula.

Kemudian Allah menghidupka malaikat-malaikat pemikul Arasy, menghidupkan Israfil, Mikail, Izrail dan Jibril. Kemudian Allah memerintahkan malaikat Ridwan untukmenyerahkan Buraq kepada mereka, menyerahkan mahkota pakaian kemuliaan, selendang kebesaran, kain keagungan, dan bendera. Mereka berhenti di antara langit dan bumi. Berkatalah Jibril, “Wahai bumi, dimanakah kubur Nabi Muhammad?” bumipun menjawab, “Demi Tuhan yang mengutusmu dengan haz, Allah telah melepaskan angin ‘Aqiim dan menjadika aku hancur hingga aku tidak lagi mengetahui lagi kubur Muhammad.”

Diangkatlah sebuah tiang dari kubur Nabi Muhammad yaitu tiang dari nur sampai ke tengah langit. Maka Jibril mengetahui bahwa itu adalah kubur Nabi Muhammad saw. Berangkatlah mereka ke sana dan berdiri. Jibril menangis dan para malaikat yang lain berkata, “Mengapa engkau menangis?” dia menjawab, “bagaimana aku tidak menangis? Muhammad akan bangun lalu menanyakan tentang ummatnya, tetapi aku sendiri tidak mengerti dimanakah ummatnya.”

Bergeraklah Nabi Muhammad dan bumi merekah. Bangunlah Nabi Muhammad dan mengibaskan debu dari kepalanya. beliau melihat ke kanan dan ke kiri, dan beliau tidak melihat sebuah bangunan pun. Beliau melihat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Bersabdalah beliau, “Hai Jibril, hari apakah ini?” dia menjawab, “Ini adalah hari keluhan dan penyesalan. Ini adalah hari kiamat dan hari pemberian syafaatmu.” Beliau bersabda, “Hai Jibril, dimanakah ummatku? Mungkin engkau membiarkannya di tepi neraka dan engkau datang kepadaku untuk mengabarkan mereka kepadaku?”

Jibril menjawab, “Aku minta perlindungan kepada Allah dari hal itu. Demi Tuhan yang mengutusmu dengan haq sebagai Nabi, bumi belum terbelah mengeluarkan seorang pun sebelum engkau. malaikat Jibril lalu meletakkan mahkota di atas kepala Nabi Muhammad dan Nabi pun memakai pakaian da naik Buraq. Bersabdalah beliau, “Ya saudaraku Jibril, dimanakah sahabat-sahabatku, Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.”

Tiba-tiba mereka bangun dengan ijin Allah swt. datang malaikat dengan membawa pakaian-pakaian dan beberapa Buraq. Sahabat-sahabat itu memakai pakaian dan mengendarai buraq. Mereka berdiri di sisi Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad menjatuhkan dirinya bersujud dan menangis, beliau berkata, “Ummatku, ummatku.” Dan datanglah suara yang membawa perintah Allah swt kepada malaikat Israfil, ‘Tiuplah terompet.’ Lalu Israfil meniup terompet dan keluarlah semua ruh seakan-akan semua itu adalah lebah yang telah memenuhi antara langit dan bumi. Masuklah ruh-ruh itu pada jasad-jasadnya. Seperti firman Allah dalam surat Az Zumar ayat 68, ‘Kemudian ditiuplah shur itu dengan tiupan yang lain, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu.”

 

Sumber: Durrotun Nasihin

Scroll to Top